Rapunza melotot kaget, tubuhnya tidak bisa stabil saat ombak besar tiba-tiba menghantam kapal pesiar mini miliknya dan tak hanya dia yang terkejut. Pelayan, penjaga yang melihat juga ikut memekik kaget dan tergesa menghampiri nonanya.
Namun, semua terlambat saat tubuh Rapunza terhuyung jatuh masuk ke dalam air laut yang tengah mengamuk itu.
Semua orang histeris panik, mulai meraih pelampung dan sebagainya.
Bagas dan Zoela yang tengah menikmati makan siang di dalam pun bergegas keluar saat mendengar kericuhan.
Bagas yang sangat menjaga Rapunza jelas sangat marah, dia bahkan akan terjun mencari Rapunza namun Zoela tahan.
Bagaimana pun mereka tidaklah muda lagi, renang di lautan bebas bagi Bagas tidak terlalu baik. Terlalu banyak resiko.
"Panggil semua—" Zoela sampai sesak nafas, saking terkejut dan juga ketakutan. Rapunza anak satu-satunya yang sangat susah payah dia dan Bagas dapatkan.
Bagas menahan tubuh Zoela yang hampir ambruk, dia menatap sekaliling yang beruntungnya lebih sigap memanggil bantuan bahkan ada beberapa yang mulai terjun mencari Rapunza.
***
"Boy, eh si Boy Rider! Lo liat dulu itu, itu apa ya? Manekin kali ya?" kepala Zoni celingukan dengan mata menyipit memastikan penglihatannya.
"Ha?" Boy ikut menyipitkan mata lalu detik selanjutnya membola. "Manusia bego!" pekiknya lalu bergegas lari.
Dia masuk ke dalam air, gadis itu kian tenggelam dan dengan cepat dia menarik yang katanya manekin itu.
Rapunza terlihat lemah di dalam air itu, matanya sudah sangat perih, penglihatannya begitu buram walau keadaan air laut sudah tenang.
Boy mendekat, menempelkan bibirnya untuk memberi nafas walau sedikit. Setidaknya sedikit kemungkinan membuat Rapunza bertahan dalam air.
'Mermaid, yang nolong pasti mermaid kesukaan aku.' gumam Rapunza dengan begitu polos. Sepenuhnya Rapunza pun terpejam, kehilangan kesadaran. Rapunza sudah kelelahan berenang dan bertahan.
Dengan berusaha sekuat tenaga, Boy naik ke permukaan. Dia sama sekali tidak takut kalau yang di bawanya itu mayat.
Boy terus membawa Rapunza ke tepian, berharap kalau yang dia tolong masih bisa di selamatkan.
Zoni sudah bergetar saja di bibir pantai, dia takut bentuk manekin yang katanya manusia itu hancur atau bau.
Boy terengah. "Bantuin gue bego! Kenapa banyak banget rumput laut di muka gue!" amuknya dengan terengah.
Zoni mendekat panik, menarik cepat rumput laut yang Boy maksud. Padahal itu rambut perempuan yang sedang di bawa Boy ke daratan.
Kenapa bisa ada rambut sepanjang itu.
"Argh!" Boy menjatuhkan gadis itu ke atas pasir lalu mulai memompa dadanya, berharap dia bisa menyelamatkan gadis yang entah datang dari mana.
"Jangan di cium!" Zoni berteriak refleks namun terlambat. Boy sudah melakukan pertolongan pertama yaitu memberi nafas buatan yang kata Zoni itu cium.
Boy tidak menggubris Zoni, dia terus berusaha dan akhirnya gadis itu terbatuk-batuk mengeluarkan air laut.
"Ha! Ha! Akhirnya!" Boy rebahan di samping gadis itu dengan penuh kelegaan plus lelah juga, nafasnya masih terengah.