A10

731 101 5
                                    

Happy Reading

🌹🌹

Sudah menjadi hal yang lumrah dalam sebuah penilaian kalau pria selalu dianggap sebagai insan yang kuat sedangkan wanita selalu dianggap sebagai insan yang lemah.

Meskipun begitu, hebatnya Allah SWT menciptakan segala sesuatu memang sudah begitu teliti dan matang karena bahkan insan yang dianggap kuat pun seringnya membutuhkan insan yang dianggap lemah untuk bersandar dan bercerita segala sesuatu.

"Assalamualaikum..." Salam saya membuka pintu rumah.

Masuk ke rumah pandangan saya langsung tertuju pada sofa panjang yang ada di ruang tamu. Ocha tengah berbaring, dia mungkin menunggu kepulangan saya yang tadi mendadak harus ke rumah sakit.

Saya berniat menggendongnya ke kamar namun baru ingin meraih tubuhnya, Ocha sadar dan membuka mata.

"Mas..."

"Kenapa tidur disini?"

"Aku nunggu mas Aryudha tapi ketiduran hehehe"

"Untung saya pulang, kalau tidak kamu bisa tidur semalaman di sini" sahut saya ikut duduk disampingnya.

"Bagaimana pasiennya tadi mas?" Tanyanya dan saya menoleh sesaat, Saya menggeleng pelan sebagai jawaban. "Mas..."

"Reno sudah sangat kritis saat dibawa rumah sakit dan dia meninggal beberapa menit setelah orang tuanya akhirnya setuju dia di operasi" cerita saya tentang seorang anak laki-laki berumur delapan tahun yang terkena penyakit kanker paru-paru. "Saya gagal menyelamatkan dia, Cha"

"Jangan bicara seperti itu, mas Aryudha gak gagal kok" Dia meraih tangan saya dan menggenggamnya. "Setiap dokter pasti ingin menyelamatkan pasiennya tapi walaupun kita sudah berusaha, keputusan hidup dan matinya seseorang tetap ditangan Allah kan mas"

Saya menoleh untuk menatap matanya lalu mengangguk.

"Saya hanya merasa-, setiap anak itu seperti harapan bagi orang tua dan saya merasa bersalah karena mungkin saya kurang berusaha untuk membantu menyelamatkan harapan orang lain"

"Mas Aryudha jangan bicara begitu" Dia tiba-tiba meraih tubuh saya dan membawa saya kedalam pelukannya. "Aku gak tau harus bilang apa cuma aku gak mau mas Aryudha merasa berkecil hati. Mas Aryudha sudah menjalankan tugas mas Aryudha sebagai dokter. Allah pasti punya skenario yang terbaik bahkan untuk hal sakit sekali pun."

"Cha, kamu kenapa?"

"Lihat sisi baiknya aja mas, insya Allah sekarang pasien mas udah gak merasa sakit lagi"

Saya melepaskan diri dan menatap padanya dengan heran. "Kenapa kamu yang nangis?" Dia menasehati saya dengan bijak tapi dia sendiri menangis.

"Gak tau, aku gak mau lihat mas sedih dan bicara kayak tadi" jawabnya sambil mengusap wajahnya. Saya tersenyum karena melihat ekspresi wajahnya.

Sedetail itu Allah menciptakan wanita. insan yang lemah tapi mampu menguatkan orang lain. Insan yang lemah yang diciptakan dengan hati yang mudah tersentuh, bukan karena hatinya sensitif tapi karena memang hati wanita itu adalah lautan kelembutan.

"Makasih ya Cha..."

Dia tidak menanggapi malah bertanya. "Jam berapa ya sekarang?"

"Jam setengah dua belas mungkin"

"Hah?"

"Kenapa Cha?"

"Nggak mas- emm Mas udah makan? Tadi mas pergi tanpa makan malam loh"

"Saya belum makan" dia lantas langsung berdiri dari posisi duduknya.

"Ayo makan dulu mas, aku siapin"

AZZAHRA (Aryudha POV)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang