A19

743 92 14
                                    

🌹🌹

Melihat Ocha menangis bukan sesuatu yang baru lagi bagi saya. Sudah cukup sering saya melihatnya menangis bahkan untuk alasan yang saya rasa kurang masuk akal, seperti karena menonton drama korea, membaca novel fiksi dan kadang video binatang sebatang kara yang disebarkan di sosial media.

Ocha itu mudah menangis karena mungkin dia memiliki hati yang sensitif. Meskipun saya sudah sering melihatnya menangis karena hal tidak masuk akal tapi tetap saja setiap kali melihat matanya basah dan merah itu akan membuat saya khawatir dan penasaran. Kenapa lagi dia?

"Eh- mas, Mas datang?"

"Iya" jawab saya sambil menatapnya yang masuk kamar dengan ragu.

"Emm... Mas sudah makan? kalau belum biar aku amb-"

"Sudah, saya sudah makan. Sini" pinta saya. Dia masih saja memalingkan wajahnya dari saya ketika mendekat.

"Kamu tidak mau melihat saya?" Dia menggeleng pelan.

"Anu mas itu-, emm aku cuci muka dulu" dia langsung berdiri dan hampir pergi jika saja saya tidak mencegat dengan menarik tangannya.

"Kenapa? Ada masalah?" Dia hanya menjawab dengan menggelengkan kepalanya. "Lalu kenapa matanya merah berair begitu?" Tanya saya lagi menatap wajahnya yang sendu.

"Kelilipan waktu pulang tadi"

"Coba duduk dulu, saya mau lihat" Dia menurut dengan kembali duduk didekat saya. Saya mengusap wajahnya dan menatap matanya yang masih enggan menatap saya. "Seseorang membisikkan sesuatu pada saya tentang alasan kamu menangis tapi saya mau mendengarnya langsung dari kamu"

"Siapa yang bisikan? aku gak nanngis kok"

"Ocha" saya memegang sebelah tangannya dengan erat.

"Aku gak mau membebani mas dengan masalah aku"

"Membebani apa sayang? Saya ini pasangan kamu, sudah seharusnya saya menjadi pendengar dan sandaran kamu kalau ada masalah. Senang dan sedih kamu sekarang juga milik saya"

"Tapi-" dia tidak melanjutkan kalimatnya hanya kembali menggeleng.

"Ya sudah, sini" saya kemudian membawanya kepelukan saya dan tidak lama Ocha kembali terisak. Pelukan saya tidak membuatnya tenang.

"Orang-orang membenci aku mas"

Mendengar hal itu membuat saya terluka. Orang-orang membencinya tapi "Saya akan selalu memberi kamu cinta sampai kamu lupa dengan mereka" saya tidak perlu bertanya kenapa padanya karena alasannya sudah begitu tampak jelas bagi saya. Hubungan dan ikatan kami tidak akan pernah dinilai benar bagi sebagian orang. "Jangan diambil hati tentang penilaian orang ya, kita tidak hidup untuk mereka"

"Mas cinta sama aku?"

"Iya saya cinta kamu" dia tidak menyahut lagi, hanya pelukannya pada tubuh saya menjadi terasa kian erat. "Ocha... saya tidak hanya ingin menjadi suami kamu tapi juga sebagai sahabat kamu. Saya tidak akan merasa terbebani kalau kamu menceritakan setiap masalah kamu pada saya"

"Orang-orang bilang keputusanku bersama mas Aryudha adalah kesalahan tapi setiap kali aku bersama mas Aryudha aku malah merasa sebaliknya, Aku merasa beruntung. Kayaknya aku buruk banget ya mas"

Saya mengendurkan pelukan kami dan beralih menangkup wajahnya. Sebelum memutuskan menikahi Ocha saya sudah mencari tau segala hal tentangnya, wanita ini cerdas berprestasi, dia juga memiliki wajah cantik dan hati yang baik. Orang yang baru mengenalnya pun akan berpikir dia wanita yang menarik. Kalau pada akhirnya orang-orang berpikir dia buruk maka saya lah alasannya. Karena saya telah menjadikan wanita menarik ini sebagai istri kedua saya.

AZZAHRA (Aryudha POV)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang