A28

614 84 32
                                    

"Sayang..."

Aku membuka mataku dan tau-tau mas Aryudha sudah berada di depanku.

"Kamu tidak apa-apa? Pusing mual lagi?" Tanyanya terdengar khawatir. Aku hanya mengangguk mengiyakan pertanyaannya.

Saat mengaji tadi aku tidak dapat menahan pusing dan rasa tidak nyaman pada perutku. Aku duduk pada lantai sambil membaringkan kepalaku pada kasur.

Mas Aryudha langsung membantuku bangun dan membaringkan ku pada kasur. Dia membantu melepaskan mungkena ku.

"Minum obat dulu ya sayang" Aku mengangguk saja. "Sebentar saya ambilkan air minum dulu" ucap mas Aryudha sebelum pergi meninggalkanku sesaat lalu kembali dengan membawa air putih.  Mas Aryudha dengan telaten membantuku dari memegangiku untuk bangun, membukakan tablet obat lalu membantu memegang gelas air hangat untuk ku minum.

"Kamu istirahat dulu ya, saya sudah minta mbok buat sarapan bubur" aku hanya mengangguk dan kembali berbaring pada bantal. "Mau saya pijit" aku menggeleng enggan. Mas Aryudha ikut naik pada kasur kami, dia duduk sambil bersandar pada kepala ranjang.

Aku masih ingat kejadian malam tadi, bahkan sampai saat ini aku merasa masih kesal dengannya. Aku ingin merajuk dan mengomel tapi dengan kondisiku yang lemah seperti ini aku urung. Aku terlalu lemah hingga hanya membiarkan tangan besar mas Aryudha untuk terus mengusap kepalaku dengan lembut.

"Tidur saja sayang..." ucapnya lalu ku dengar dia membacakan surah Al-waqiah. Suara dan tangannya yang terus membelai kepalaku membuatku merasa terbuai akan ketenangan. Aku tidak dapat menahan ngantukku hingga aku tertidur dengan nyaman.

Ketika aku sadar dari tidurku mas Aryudha sudah tidak terlihat, aku melihat pada jam menunjukkan pukul setengah sembilan. Mas Aryudha sudah pasti pergi ke tempat kerjanya. Aku sudah tidak merasa pusing dan mual lagi jadi aku bisa bangkit. Aku meraih ponselku yang ada diatas nakas. Ada banyak pesan dari mas Aryudha.

Ah, dia membuka blokir nomor telepon nya sendiri.

Mas Aryudha

Azzahra....
Saya berangkat ya sayang. Maaf tidak pamit dulu.
Hari ini saya ada jadwal operasi pagi.
Kamu jangan lupa sarapan.
Saya sudah meminta mbok buatkan bubur.
Nanti kalau saya sudah selesai dari OK, saya akan menghubungi lagi.
Saya sayang kamu.

"Bohong sayang" aku kembali merasa kesal. Padahal sebelum benar-benar tertidur tadi aku sempat berjanji pada diriku sendiri kalau aku akan merajuk dan mengomel pada mas Aryudha tapi aku malah tidur pulas sampai dia telah pergi dari rumah.

Hari ini aku tidak melakukan apa-apa, hanya berbaring dan sesekali memainkan ponsel. Pada jam dua siang, aku mendapat telepon dari mas Aryudha, walaupun sempat enggan mengangkatnya tapi pada akhirnya aku tetap menerima panggilan itu.

"Assalamualaikum..."

"Wa alaikumussalam..."

"Lagi apa sayang?"

"Duduk"

"Sudah makan?"

"Sudah"

"Coba video call saja ya" layarku berubah menjadi permintaan video. Aku menerimanya begitu saja. Ku lihat wajah mas Aryudha langsung memenuhi layar ponselku. "Sayang..."

"Hem" dia langsung sibuk menata letak ponselnya.

"Saya lagi mau makan" ucapnya.

"Ya udah makan saja dulu, ngapain telepon?"

"Saya mau ditemani kamu"

Aku memberengut menatap mas Aryudha. Enak sekali dia minta di temani makan tapi malam tadi dia malah mengirimkan pesananku pada pak Anwar.

AZZAHRA (Aryudha POV)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang