A12

796 121 14
                                    

Happy Reading

🌹🌹

Ketika saya akhirnya memutuskan untuk menikah dengan Binar, saat itu juga saya sudah berjanji bahwa saya tidak akan mengatur atau membatasi kehidupan Binar. Bukan karena saya tidak peduli dengannya tapi lebih kepada kesadaran diri bahwa hubungan kami tidak sepenuhnya berdasarkan keinginan hati kami masing-masing. Saya memberikan kebebasan akan pilihannya selama masih dalam batas syariat.

Karena alasan itu jugalah, sejak dulu saya tidak melarang Binar untuk bekerja di rumah sakit. Itu cita-cita nya dan dia merasa bahagia dengan itu walaupun dengan itu menjadikan sedikit sekali waktu yang bisa kami habiskan berdua. Kadang pulang bekerja kami sama-sama sudah kelelahan dan memilih untuk sama-sama beristirahat.

Jujur, saya terbiasa akan hal itu saat bersama Binar dan kehadiran Ocha malah membuat saya merasa berbeda. Bukan dalam arti buruk, malah sebaliknya.

Saya suka saat saya datang ke rumah kami. Ocha akan membukakan pintu– menyambut saya dengan senyuman manisnya dan aroma wangi nan segar akan tercium dari dirinya. Itu membuat saya setidaknya merasa lega setelah lelah letih di tempat kerja.

"Mas Aryudha suka sekali ya sama martabak?" Tanyanya setelah mencium tangan saya dan saya menyerahkan kantong plastik berisi martabak.

"Iya, apalagi martabak manis"

Dia mengangguk. "Nanti aku bawa ke dapur, mas mandi aja dulu"

"Iya, saya ke kamar dulu"

Saya langsung masuk ke kamar dan bergegas mandi di toilet. Ketika keluar kamar, Ocha sudah duduk di sofa sambil memainkan ponsel.

"Sudah selesai masaknya?"

"Iya sudah tadi tinggal masukin es batu ke minumannya tapi nanti aja, azan magrib nya kan masih lama" sahutnya dan spontan saya melihat kearah jam, masih tersisa setengah jam lebih untuk kami berbuka puasa.

"Bagaimana PKL kamu di panti, nyaman?"

Dia menoleh pada saya. "Lebih santai ketimbang di rumah sakit mas" jawabnya. "Udah gitu seru, bisa ngobrol banyak hal sama orang-orang tua"

"Ngobrol apa?" Saya mendekat padanya.

"Banyak contohnya kayak cerita beliau-beliau waktu masih muda,  lalu tips awet muda, ada juga tips supaya banyak yang naksir"

"Jangan coba-coba ikut praktik tips ditaksir itu!"

"Hahaha, enggak lah" jawabnya. "Tapi ya mas, ada juga yang cerita-cerita sedihnya. Cerita waktu beberapa dari beliau-beliau itu ditinggal keluarga di panti jompo. Kemarin beliau-beliau cerita, aku sampai nangis" lanjutnya sendu.

"Kamu kan cengeng!" Cibir saya mengusap pipinya. "Disentil sedikit, keluar air mata"

"Ih- teman-teman aku nangis juga kok. Mas Aryudha juga kalau dengar, bisa nangis" ucapnya membela diri.

"Coba saya mau dengar ceritanya"

"Emm- jangan sekarang ya mas, tenaga aku tinggal 15%" ucapnya yang kemudian menyadarkan tubuhnya pada sandaran sofa.

"Berapa lagi sisa hutang puasa kamu?" Tanya saya dan dia mengangkat dua jarinya. "Sabtu dan minggu ini ya" dia langsung menunjukkan wajah memelas.

Drrt... Drrt...

Saya mengambil ponselnya dan melihat notifikasi yang ada pada layar.

Fajargunawan_

Hallo dek...

AZZAHRA (Aryudha POV)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang