Happy Reading
🌹🌹
Otak saya mendadak kosong ketika masuk kedalam ruangan Umma dan melihat monitor untuk memantau kondisi fisiologis Umma sudah berubah datar. Para dokter dan perawat yang lebih dulu datang dan menangani menatap pada saya.
"Maafkan saya dokter Yudha"
Kaki saya terasa lemah pada pijakan. Saya menghampiri ranjang dan menatap pada Umma yang terbaring dengan lelap. Saya harap beliau hanya tertidur sesaat.
"Umma..."
Saya tau Umma telah banyak merasakan sakit, ini mungkin juga sudah menjadi akhir yang baik dari perjuangan beliau tapi tetap saja rasanya begitu sulit untuk menerima kenyataan ini.
"Saya yang akan mengabari keluarga anda diluar dok"
"Tidak-, saya bisa" saya menahan diri sesaat sebjm berbalik dan segera melangkah keluar dari ruangan untuk menghampiri keluarga yang menunggu.
"Mas... Bagaimana dengan umma?"
"Maaf Mila, Umma sudah tidak disini lagi" tangis Mila kian jadi, Binar yang masih bersama kami langsung mendekat dan membawa Mila kedalam pelukannya.
"Innalilahirajiun..."
"Innalilahirajiun... Umma..." Luftan pun ikut menangis, saya mendekatinya dan menepuk pundaknya.
"Yang sabar Ning, ini sudah jadi takdir Umma" ucap Binar menenangkan Mila. "Abuyaa..." Teriak Binar tiba-tiba.
Sontak kami menoleh pada Abuya yang hampir terjatuh. Saya langsung memegangi Abuya dan menggotong beliau duduk pada kursi.
"Astaghfirullahadzhim... astaghfirullahadzhim..." Abuya terus melafazkan kalimat istighfar. "Ya Allah... Allahummaghfirlaha warhama wa 'afiha wa'fu 'anha"
Kenyataan ini memberikan luka yang sangat dalam bagi kami semua namun saya sebagai seorang kakak laki-laki tertua harus tetap kuat untuk adik-adik saya juga keluarga kami yang lainnya.
Saya tau pada dasarnya kematian adalah takdir seluruh makhluk dimuka bumi ini. Semua yang bernyawa pasti akan menemui ajalnya atas izin, takdir dan ketetapan Allah SWT. Seperti yang sudah Allah firmankan dalam Al-Qur'an surah Ali Imran ayat 185 bahwa “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”
Saya mencoba terus mengingat itu sampai ketika Umma dibaringkan kedalam liang lahat. Pada akhirnya air mata yang sejak tadi saya coba tahan keluar juga. Membayangkan hari-hari selanjutnya tanpa ada Umma sebagai orang tua, juga penasehat saya membuat hati saya teriris. Saya kehilangan sosok yang amat sangat saya cintai sejak kecil.
Saya berdoa semoga Allah mengampuni dosa Umma, menerima amal beliau dan menempatkan beliau ditempat yang terbaik.
🌹🌹
Suasana berkabung menyelimuti lingkungan pesantren, kami menambah bacaan dan doa setelah selesai sholat untuk dihadiahkan kepada almarhumah Umma Arini.
Setelah selesai sholat subuh, saya pulang dengan menggandeng tangan Abuya. Sejak kemarin kesehatan beliau menurun, kami menyarankan beliau untuk beribadah di rumah namun beliau menolak dan memaksa diri untuk tetap ikut sholat berjamaah di mesjid.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZZAHRA (Aryudha POV)
Romansa"Saya mulai dengan perkenalan. Nama saya Aryudha Fikram, saya disini akan menggantikan bapak Santoso dalam mengajar mata pelajaran metodologi penelitian kesehatan" Mereka hanya mengangguk mengiyakan. "Sebelum saya mulai pembelajaran, saya mau tanya...