Happy Reading
🌹🌹
Setelah beberapa hari bersama Ocha, saya kembali pulang ke rumah saya dengan Binar. Tanpa disengaja, kami berdua pulang dari tempat kerja dalam kurun waktu yang bersamaan.
"Bawa apa?"
"Martabak manis"
"Tidak pernah bosan ya, Bi"
"Saya suka" dan saya tidak merasa nyaman pulang dengan tanpa hampa.
Kami sama-sama masuk kedalam rumah. Saya mandi lebih dulu sedang Binar menyempatkan diri menyiapkan pakaian, martabak manis dan minuman untuk saya. Semua sudah tersedia ketika saya keluar dari kamar mandi.
"Terima kasih"
"Iya, sama-sama" Binar lantas memasuki toilet untuk mandi.
Binar adalah istri pertama saya. Sahabat berbagi suka maupun duka. Dia sama seperti saya, bekerja di rumah sakit sebagai dokter. Bedanya hanya, Alhamdulillah saya sudah gelar spesialis bedah sedangkan Binar masih dokter umum.
Pernikahan saya dengan Binar sudah berjalan belasan tahun. Saya mencintainya sebagaimana layaknya seorang suami kepada istri.
Mungkin orang-orang akan penasaran dan bertanya, kenapa saya menikah lagi dengan Ocha kalau saya mencintai Binar.
Menikah lagi dengan istilah poligami tidak pernah menjadi daftar barisan harapan saya. Satu istri saja kadang belum bisa membuat diri kita benar-benar menjadi suami yang baik apalagi menambah lagi. Saya merasa tidak layak namun keadaan sudah membuat saya melangkah sejauh ini.
Binar memberi izin dan restunya ketika saya menikahi Ocha. Bahkan sebelumnya dialah yang sempat mencari wanita lain untuk saya.
Saya sempat berpikir kalau Binar tidak sungguh-sungguh mencintai saya karena dia bisa dengan mudahnya mengizinkan saya berpoligami. Kami sempat berdebat waktu itu.
"Yudha... Aku sudah cukup merasa bersalah dan begitu berhutang budi dengan kamu menikahi aku dan menjadi sosok Abi untuk Abra dan Ibra. Aku tidak mau lagi merasa bersalah karena keadaanku yang tidak bisa mengandung" ucap Binar sambil menangis.
Binar sebenarnya adalah mantan istri saudara kembar saya. Hampir dua tahun menikah, saudara saya terkena penyakit kanker. Sebelum menikah dia berwasiat pada saya untuk menikahi Binar dan menjadi Abi dari Abra dan Ibra.
Selama masa pernikahan, Binar selalu merasa berhutang budi pada saya. Mungkin karena hal itu jugalah dia hampir tidak pernah mendebat atau menentang saya. Kami tidak pernah bertengkar. Binar menjelma dari sosok sahabat menjadi istri yang baik dan penuh perhatian. Dia mengerti saya suka maupun duka karena itulah saya mencintainya.
Dua tahun yang lalu Binar didiagnosa mengalami menopause dini. Kami sama-sama terpuruk dengan keadaan itu. Rencana program bayi tabung pun terpaksa kami batalkan. Binar tidak bisa mengandung lagi karena tubuhnya sudah berhenti menghasilkan sel telur.
"Kalau aku bisa punya anak. Setidaknya kamu juga bisa mendapatkan itu walaupun bukan denganku"
Mungkin inilah salah satu alasan lainnya kenapa saya menikahi Ocha, karena keturunan.
"Bi..."
"Iya..."
"Tadi ada teman umi yang datang ke rumah sakit. Dia cerita kalau dia terkena penyakit batu ginjal dan mau operasi"
"Terus bagaimana?"
"Dia tidak punya biayanya yang cukup Bi, kira-kira Abi bisa bantu tidak untuk yang ini? Setengahnya tidak apa-apa"
KAMU SEDANG MEMBACA
AZZAHRA (Aryudha POV)
Romansa"Saya mulai dengan perkenalan. Nama saya Aryudha Fikram, saya disini akan menggantikan bapak Santoso dalam mengajar mata pelajaran metodologi penelitian kesehatan" Mereka hanya mengangguk mengiyakan. "Sebelum saya mulai pembelajaran, saya mau tanya...