Happy Reading
🌹🌹
Tubuh saya masih terasa panas dingin bahkan setelah Ocha sudah selesai diobati. Saya sempat berbicara banyak dengan dokter yang menangani Ocha sebelum kemudian masuk kedalam ruangan untuk mendatangi Ocha.
Tidak pernah terbayangkan dalam pikiran saya akan membuat Ocha sampai sakit dan harus dirawat seperti ini. Kejadian tadi membuat Ocha terguncang hingga berakibat pada kandungannya. Untung saja kami cepat ke rumah sakit sehingga hal buruk itu dapat segera dicegah. Sekarang Ocha sudah istirahat, berbaring pada kasur dengan infus yang terpasang pada tangan kanannya.
"Dokter Yudha... dibanding dengan wanita biasa, wanita hamil itu pikiran dan hatinya sangat sensitif. Mereka rawan sekali terganggu pikirannya. Nah, kalau pikirannya ini terganggu maka hal itu bisa berakibat juga pada kandungannya"
Saya menarik kursi dan duduk disamping kasur. Menatap wajah Ocha yang damai dalam tidurnya. Masih terngiang di kepala saya bagaimana tadi dia meringis kesakitan pada perutnya.
"Sayang.... maafkan saya" saya mengusap kepalanya, dia masih begitu tenang tidak terganggu. "Saya benar-benar mencintai kamu" entah bagaimana lagi cara saya membuktikan perasaan saya padanya. Dia terlanjur menganggap dirinya sendiri sebagai pelampiasan perasaan saya pada Anastasya.
Ocha sadar besok hari, setelah semalaman istirahat. Dia masih tampak lemah namun setidaknya tidak mengeluh sakit lagi.
"Saya sudah menghubungi mama, mungkin sebentar lagi beliau akan datang" dia tidak menanggapi. Masih diam menatap langit-langit kamar, dia tidak mau menatap pada saya sejak bangun tadi.
Saya mengusap kepalanya beberapa kali lalu berpindah ke bagian perutnya "Cepat pulih ya, sayang?"
"Kalau sudah boleh pulang, aku mau ke rumah orang tuaku" ucapnya tiba-tiba.
"Berapa lama?"
"Sampai aku merasa tenang"
"Saya akan sulit menemui kalau kamu di sana" berat bagi saya untuk mengizinkan dia jauh dari jangkauan saya dalam keadaan seperti ini.
"Gak usah ditemui kalau begitu"
Saya tidak tau lagi harus bagaimana sekarang. Kalau saya tidak menuruti keinginannya, saya takut kondisinya kembali seperti malam tadi tapi saya rasanya tidak bisa terima kalau hal itu dia lakukan untuk menjauh dari saya. Saya menghela nafas pelan. Menatapnya cukup lama kemudian mengecup keningnya sesaat sebelum keluar dari ruangannya.
🌹🌹
Hari-hari saya langsung berubah sejak kejadian itu. Ocha yang memilih untuk pulang ke rumah orang tua nya membuat hubungan kami jadi semakin jauh. Saya tau dia sengaja melakukan hal itu karena masih kecewa dengan saya tapi saya sama sekali tidak memiliki niat untuk menyakitinya seperti apa yang dia pikirkan.
Hati saya terasa dipenuhi dengan cinta dan kerinduan padanya. Meskipun kami masih bisa bertemu saat hari Sabtu dan minggu tapi hal itu tidak merubah keadaan. Ocha masih terasa jauh tak tersentuh sekeras apapun saya mencoba mendekat.
Saya merindukan Ocha. Wajah manisnya dikala tersenyum pada saya. Suaranya yang serasa melodi saat dia mulai bercerita. Tawa cerianya. Sikap malu-malunya, manjanya bahkan merajuknya. Saya merindukan segala hal tentangnya, Azzahra saya... Ocha.
Ponsel saya berdering saat saya sedang makan malam bersama Binar. Panggilan telepon datang dari Mila, saya buru-buru mengangkat panggilan itu khawatir ada yang penting dan mendesak.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZZAHRA (Aryudha POV)
Romansa"Saya mulai dengan perkenalan. Nama saya Aryudha Fikram, saya disini akan menggantikan bapak Santoso dalam mengajar mata pelajaran metodologi penelitian kesehatan" Mereka hanya mengangguk mengiyakan. "Sebelum saya mulai pembelajaran, saya mau tanya...