Melewati Proses

3.4K 219 2
                                    

Kesunyian memenuhi ruangan di sekitar Estu. Dia menoleh ke samping dan senyumnya terkembang sempurna saat melihat Asmita yang ternyata tertidur. Estu pikir mungkin Mita lelah terjebak kemacetan bersamanya yang beberapa saat lalu justru sibuk dengan ponselnya. Tiba-tiba saja dia mendapatkan laporan bahwa acara yang akan digelar satu minggu kemudian di hotel Mulia tidak jadi terlaksana karena klien merasa kurang cocok sehingga acara tersebut dibatalkan.

Padahal Estu sudah susah payah memberikan apa yang diinginkan oleh kliennya. Beberapa orang dari beberapa departemen di hotel tempat ia bekerja segera melayangkan protes kepadanya yang dianggap terlalu terburu-buru untuk meminta departemen operation menyiapkan beberapa hal yang akan diperlukan padahal surat perjanjian belum ditanda tangani oleh pihak klien.

Estu terpaksa harus menerima beberapa telepon dan dia juga harus menatap layar ponselnya secara berkala untuk membaca pesan singkat yang masuk ke sana. Perasaannya tiba-tiba menjadi tidak baik. Dan melihat wajah Mita yang sedang pulas tertidur membuatnya kembali tersenyum. Gadis itu benar-benar tidak mempedulikan kondisi jalanan di depan mereka lagi.

"Cepat sekali dia tertidur," gumam Estu.

Dia kemudian berhenti tepat di pinggir Jalan Rajawali. Dia tidak tahu pasti di mana letak gang menuju rumah Mita. Estu menatap sekitarnya dan jalanan tersebut terlihat ramai. Dia kemudian kembali menoleh ke samping. Napasnya terhembus pelan. Rasanya di terlalu canggung untuk membangunkan Mita.

Dia menghela napas panjang dan menggoyangkan bahu Mita dengan perlahan. "Mita?" panggilnya. "Kita udah sampai di jalan yang kamu maksud," ucapnya.

Mita yang nampaknya sangat lelah dan sudah mengantuk kemudian membuka matanya secara perlahan. Dia menatap ke depan dan dengan segera dia menyadari situasinya. Mita segera menegakkan tubuhnya dan menatap Estu dengan wajah kagetnya.

"Ma- maaf, Pak, saya ketiduran," katanya.

Estu mengangguk dan tersenyum. "Nggak apa-apa," ucap Estu. "Hujan udah berhenti dan kita udah sampai di jalan yang kamu katakan tadi, cuma aku nggak tahu di mana letak gang menuju ke rumahmu," ucap Estu.

Mita menggaruk keningnya sekilas. "Oh, letaknya masih di depan sana, Pak." Dia menunjuk ke arah warung tenda yang menjual sate ayam yang berjarak beberapa meter dari posisi mobil yang ia tumpangi.

Estu mengangguk kemudian segera menjalankan kembali mobilnya. Mita seketika merasa tidak enak hati kepada Estu.

"Kita bisa berhenti di sini, Pak, Nggak apa-apa. Saya bisa jalan ke sana sebentar, jaraknya nggak terlalu jauh, kok," ucap Mita dengan wajah panik.

"Tenanglah! Aku cuma mau mengantarkan kamu sampai di tempat yang seharusnya." Estu tersenyum. "Ah! Tiba-tiba aku pengen makan sate ayam, gimana kalau kita berhenti sebentar dan makan di sana?" ajak Estu.

Mobil Estu berhenti tepat di dekat warung tenda sate ayam asli Madura yang sepertinya enak karena nampak ramai pengunjung. Mita menggaruk tengkuknya sekilas. Dia merasa bingung karena sebenarnya dia ingin segera bertemu dengan ibunya. Tapi Mita merasa sungkan untuk menolak Estu. Dan pada akhirnya dia menganggu setuju.

Kemudian mereka keluar dari mobil dan masuk ke dalam warung tenda tersebut. Estu memesan dua porsi sate ayam dan dua gelas teh hangat. Mita menatap ke arah sate-sate yang sudah berjajar rapi di atas alat pemanggang. Estu melihat wajah Mita yang nampak serius. Dia terkekeh pelan dan berhasil membuat perhatian Mita terarah padanya.

"Ada apa, Pak?" tanya Mita.

Estu menggelengkan kepala. "Enggak, aku cuma geli lihat wajahmu yang serius banget itu. Aku jadi bertanya-tanya, apa kamu nggak pernah lihat sate yang lagi dibakar?" ujar Estu.

Seluas CakrawalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang