Namaku Gentala Giandya Dewandayu

4K 286 3
                                    

Double update hari ini! Kenalan sama Tala, yuk! 

Semoga gemas sama bocah cilik nan ganteng seperti bapaknya ini, ya xixi

Eh, iya! Jangan lupa cek karyakarsa untuk yang penasaran dengan kisah Terberai setelah kejadian Pras pergi begitu saja dari rumah sakit :)

_________________________________________________________________________

"Kamu udah datang?" Estu mengganti gaya bahasanya karena Mita juga mengganti gaya bahasanya sejak diterima bekerja di sana.

Dia nampak mengerutkan keningnya dalam saat membuka pintu rumahnya dan menemukan Mita yang sudah berdiri dengan koper jadul berukuran besar di sampingnya.

Mita mengangguk sambil tersenyum lebar. "Saya harus menata semua barang-barang saya dulu sebelum bekerja, jadi saya datang lebih awal," jawab Mita.

Jam di dinding rumah itu bahkan masih menunjukkan pukul lima lebih lima belas menit pagi. Estu yang tertidur di depan televisi setelah menonton pertandingan bola mendengar suara ketukan pada pintu rumahnya. Dia ingat tidak mengunci pagar rumah semalam saat dia baru pulang bekerja. Pria itu mengucek matanya karena dia benar-benar masih mengantuk.

"Masuklah!" ucap Estu sambil menggeser tubuhnya ke samping.

Mita mengangguk dan tersenyum sopan. Dia mengangkat koper berwarna merah maroon gelap itu masuk ke dalam rumah. Estu segera menutup pintu rumah dan mengambil koper yang hendak Mita bawa.

"Aku akan membawanya, sepertinya kopermu berat," ucap Estu.

Mita mengangguk. "Terima kasih, Pak," ucapnya dengan nada sopan.

Mereka kemudian memasuki kamar yang akan digunakan oleh Mita. Estu menyalakan saklar lampu yang ada di sebelah kanan pintu kamar. Dia kemudian bersedekap dan menatap Mita yang tengah memandang kamar tersebut.

"Aku akan kembali ke kamar. Saat putraku nanti udah bangun, sebaiknya kamu juga udah selesai membereskan semua barang-barangmu ini," kata Estu.

Mita mengangguk. "Baik, Pak!"

Estu kemudian pergi dari sana. Mita mulai menata semua barang-barangnya di kamar itu. Rasanya kamar yang ia gunakan itu lebih luas dari kamarnya di rumahnya sendiri. Ranjang yang lebih terlihat modern dan juga lemari yang lebih terlihat bagus dari miliknya di rumah. Mita tersenyum. Dia harus bersemangat meski sebenarnya dia tidak tahu apakah nanti putra Estu bisa menerimanya atau tidak.

Tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul enam pagi. Mita sudah siap untuk bekerja hari itu. Dia segera keluar dari kamarnya setelah mendengar suara gemericik air wastafel yang ada di dapur. Dia kemudian terkejut melihat seseorang yang sedang memasak di sana.

"Hai! Lo pengasuh baru untuk Tala, ya?" tanya gadis muda yang Mita tebak usianya masih di bawahnya.

"Ya, nama saya Mita," ucap Mita sambil tersenyum.

"Nama gue Ratih. Gue yang bertugas memasak dan membereskan rumah. Oh, ya! Lo nggak perlu bicara formal sama gue, sepertinya gue jauh lebih muda dari lo," ucap Ratih.

"Oke!" Mita mengangguk. "Memangnya berapa umur lo?" tanya Mita yang kemudian membantu Ratih memotong wortel.

"Umur gue dua puluh satu tahun," jawab Ratih.

"Ternyata benar, gue lebih tua dari lo," kata Mita sambil terkekeh.

Ratih tertawa. Kemudian mereka berdua mendengar suara tangisan seorang bocah balita. Mita buru-buru meletakkan wortel dan pisaunya kemudian bergegas mencuci tangannya hingga bersih. Dia kemudian berjalan cepat menuju ke arah sebuah kamar yang ia tebak adalah kamar bocah yang akan ia asuh.

Seluas CakrawalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang