Sebuah Ide

2.6K 187 2
                                    

Kalau kalian cari laki-laki kaya raya pemilik perusahaan yang bisa melakukan apapun dan jatuh cinta dengan gadis biasa aja, kalian nggak akan temukan kisah itu di Seluas Cakrawala. Tapi kalau kalian cari laki-laki bertanggung jawab dan punya pekerjaan tetap, kalian pasti akan suka dengan kisah Estu dan Asmita.

Kalau kalian jadi Asmita, kira-kira mau terima tawaran Estu, nggak?

Jangan lupa dukungannya supaya saya semakin semangat update xixixi

________________________________________________________________________________

"Jadi, apa yang Bapak mau omongin ke saya?" tanya Mita.

Estu tersenyum dan bersedekap. Mereka masih berada di sebuah restoran yang terletak tak jauh dari hotel tempat Estu bekerja. Sebenarnya, Mita tidak merasa nyaman makan berdua bersama dengan pria matang dengan status duda satu anak tersebut. Tapi dia hanya seorang pengasuh anak dari pria itu. Jadi tidak ada alasan untuk menolak ajakan Estu.

"Ibu pengen supaya aku cepat menikah dan mencari ibu sambung buat Tala."

"Oh, benarkah? Lalu apa ada yang bisa saya bantu, Pak?" Mita menatap Estu yang sedari tadi menampilkan wajah teduhnya.

Estu terkekeh pelan dan mengangguk. "Ya, tentu aja ada!" Estu memajukan tubuhnya. "Kamu yang akan jadi istri aku nanti," lanjutnya yang berhasil membuat Mita tersedak ludahnya sendiri.

"Pa- Pak! Ini nggak lucu," ucap Mita. "Ibu bakal marah kalau Bapak menikah dengan pengasuh cucunya sendiri." Tawa Mita terdengar kaku.

"Aku serius. Kamu pikir, siapa yang punya ide kayak gini?" tanya Estu dengan senyuman jahilnya.

Mita diam sejenak. Dia memikirkan saat di mana dia diminta oleh Dyah untuk mengantarkan dokumen ke kantor Estu. Kemudian Estu yang tiba-tiba mengajaknya makan siang. Dan sekarang ucapan pria itu yang membuat kedua telapak tangannya terasa lembab karena berkeringat.

"Bu Dyah yang minta Bapak buat ngajak saya makan siang?" tebak Mita.

Estu menggelengkan kepalanya. "Ibuku punya ide, lebih tepatnya sebuah cara supaya kamu datang ke kantorku hari ini dengan alasan mengantarkan dokumen untukku. Dokumen itu memang penting tapi aku masih punya salinannya di dalam flashdisk. Dan untuk makan siang, aku sendiri yang punya ide itu. Aku pikir aku kesulitan mencari waktu untuk ngobrol empat mata sama kamu." Estu bisa menangkap raut wajah Mita yang terlihat terkejut. "Ibuku pengen supaya kamu jadi istriku dan ibu sambung untuk Tala."

Dunia Mita terasa berhenti mendadak. Bibirnya terkunci rapat. Kepalanya terasa pening hanya karena mendengar kalimat-kalimat tak masuk akal dari mulut Estu. Dia hanya menatap Estu dengan pandangan bingungnya.

"Jadi, apa kamu mau bekerja sama denganku?"

"Maaf tapi..." Mita menghirup udara sebanyak yang ia bisa sebelum melanjutkan kalimatnya. "Tapi saya nggak bisa, Pak. Saya rasa saya belum cukup pantas buat menikah sama Bapak." Mita menunduk dengan kedua tangan saling bertaut.

"Kita bisa mengenal satu sama lain dengan pelan-pelan. Kamu nggak perlu terburu-buru sampai harus memaksakan perasaanmu. Aku akan membantumu dan tentu aja kamu juga harus membantuku," kata Estu.

Mita diam dan terus mengamati sekitarnya. Dirinya dilanda perasaan gugup yang luar biasa setelah mendengar sebuah hal yang tidak pernah ia pikirkan sebelumnya.

Apa gue benar-benar udah menggoda Pak Estu sampai dia mau nikahin gue?

Kemudian Mita mengingat wanita yang ada di ruangan Estu tadi. Dia menghela napas dalam. Perasaan takut merayap begitu cepat dan menguasai diri Mita sepenuhnya.

Seluas CakrawalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang