Pelajaran Berharga

1.4K 96 4
                                    

Selamat malam!

Mas Estu dan Asmita hadir!

Ayo follow penulisnya juga, yak ~ 

Vote yang banyak biar aku nambah semangatnya.

Kalau mau bantu share juga boleh, lho.

Selamat membaca and thank you!

_______________________________________________________________________________

"Bunda!" Tala berteriak dan berlarian menuju ke arah Asmita yang baru saja turun dari mobil.

Bocah itu menghambur ke pelukan Asmita dan menangis tersedu. "Tala kenapa nangis?" tanya Asmita sambil mengusap punggung anak itu.

Tak lupa, Asmita juga mencium pelipis Tala dengan penuh kasih sayang. Kerinduan yang selama ini mengganggu tidurnya akhirnya terbayarkan dengan pelukan hangat dari sang putra. Asmita sebenarnya tahu kenapa Tala sampai menangis, karena dia juga ingin menangis saat pertama kali mendekap Tala setelah seminggu tak berjumpa.

"Anakmu kangen," Estu yang memberikan jawaban karena Tala hanya diam dan menangis sesenggukan.

Asmita melirik sang suami. Mereka berjalan masuk ke dalam rumah. Ratih terlihat tersenyum sambil berdiri di teras rumah tersebut. Asmita menggendong anaknya dan masih terus mengusap punggung Tala dengan lembut.

"Angen, Nda," suara Tala terdengar parau.

Hati Asmita terasa seperti diremas. Matanya memerah dan ketika menoleh, tak sengaja tatapan matanya dengan Estu bertubrukan. Menciptakan sensasi yang tidak bisa diungkapkan dengan jelas. Estu juga terlihat sama tertamparnya dengan Asmita ketika mengetahui sang putra yang menangis di pelukan ibunya.

"Bunda juga kangen banget sama anak Bunda yang satu ini." Asmita berusaha tersenyum. "Sekarang Bunda udah pulang ke rumah jadi Tala jangan sedih dan nangis lagi, ya?" Asmita menurunkan Tala dan mendudukkan bocah kecil itu di atas sofa.

Dia melipat kedua kakinya dan berjongkok di depan Tala. Wajah Tala terlihat merah dengan pipi yang basah karena air mata. Tangisannya benar-benar nyata. Ketika Asmita menatap mata indah itu, dia tahu, Tala adalah salah satu manusia yang mencintainya dengan tulus. Sama seperti sang ibu. Meski suaminya belum juga menyatakan perasaannya tapi setidaknya Asmita punya Tala dan ibunya yang mencintainya dengan sepenuh hati.

"Bunda janji nggak akan pergi lagi," lanjutnya saat Tala masih berusaha menghentikan tangisannya.

Tala akhirnya mengangguk dan mengacungkan jari kelingkingnya di depan Asmita. "Janji?" suaranya kecil.

Asmita menatap jari mungil nan menggemaskan itu. Dia tersenyum dan mengangguk mantap. Menautkan jari kelingkingkan pada jari kelingking Tala sambil berbisik dalam hati semoga badai yang baru saja lewat tidak akan pernah kembali lagi.

"Janji, Sayang," ucapnya.

Malam harinya, setelah makan malam, Asmita menemani Tala sampai anak itu tidur. Tala kelelahan setelah mengikuti acara field trip dari sekolahnya bersama Ratih. Wanita itu kemudian keluar dari kamar Tala dan menyusul Estu yang sedang menonton film dengan lampu temaram.

"Ratih ke mana, Mas?" tanyanya.

"Ratih udah pamit pulang. Besok pagi dia ke sini lagi," jawab Estu sambil menatap sang istri yang sudah berdiri di samping sofa. "Sini, duduk!" katanya sambil menepuk bagian kosong di sebelahnya.

Asmita mengangguk dan duduk di sana. "Kayaknya Ratih juga capek. Tala udah tidur juga." Asmita mendesah kecewa. "Harusnya aku yang menemani kegiatan hari ini," lanjutnya dengan wajah muram.

Seluas CakrawalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang