Silahkan Pergi

1.6K 90 4
                                    

Hayooo, siapa yang nungguin kelanjutan kisah Mas Estu dan Asmita? Mari berkumpul!

Chapter ini dan chapter berikutnya adalah kejadian sebelum Asmita pergi dari hotel. Jadi, ini adalah sebuah flashback.

Oh, ya! Aku mau menjelaskan juga karena ada yang bertanya, bahwa Seluas Cakrawala tetap berlanjut di wattpad tapi beberapa chapter pilihan akan terbit di karyakarsa.

Jadi, jangan lupa kalian berkunjung ke akun karyakarsaku juga, yaa :)

Enjoy this chapter ~

________________________________________________________________________________

Sore itu, Asmita dan Estu baru saja keluar dari lift hotel dan hendak menuju ke kolam renang yang memang merupakan salah satu fasilitas yang tersedia. Estu berkata ingin berenang. Sedangkan Asmita tidak bisa berenang jadi dia sudah menyusun rencana untuk memesan secangkir kopi susu hangat dan duduk menunggu suaminya berenang.

Tapi rencananya gagal karena kedatangan seorang wanita yang membuatnya kesal. Vita datang dengan tiba-tiba dan menghampiri Asmita serta Estu saat mereka baru saja sampai di kolam renang.

"Sorry, gue mau bicara sama Mas Estu sebentar," ucap Vita sambil meraih lengan Estu dan menyeret pria itu pergi menjauhi Asmita.

Mita hampir tidak berkedip melihat sikap Vita yang sangat tidak tahu malu itu. Estu hanya memberikan isyarat kepada Asmita supaya menunggunya dengan tangannya yang terbuka ke arah Asmita dan bibirnya yang bergerak mengucapkan kalimat 'lima menit' dengan sangat tenang.

Asmita seperti orang bodoh. Estu dan Vita menuju ke luggage room yang berada di belakang meja front office. Mereka menutup pintu tersebut, entah Vita atau Estu yang melakukannya. Mita menoleh ke kanan dan kiri dengan bingung. Kemudian dia memilih duduk di sofa yang tersedia di lobby hotel, menunggu suaminya yang dibawa pergi oleh teman wanitanya.

"Aku butuh kamu. Aku udah mikir ribuan kali dan jawabannya tetap sama. Aku nggak mau pisah dari kamu, Mas." Vita kemudian meneteskan air mata yang membuat Estu terbelalak.

"Kenapa nangis? Vita, kita udah harus selesai sampai di sini. Kamu pasti udah dengar dengan jelas apa yang aku bilang semalam, kan? Aku punya istri, Vit!" ucap Estu dengan nada tidak sabar.

Dia sudah cukup lelah menghadapi sikap seenaknya dari wanita yang kini sedang menyusut air matanya itu. "Sekarang, pulanglah dan carilah kegiatan yang bisa mengalihkan perhatianmu dari semua masalahmu, oke?" Estu meraih gagang pintu namun dengan cepat Vita menarik kaos bagian belakang milik pria itu.

"Aku nggak mau!" kata wanita itu dengan nada rendah yang terdengar tegas. "Kamu harus ikut aku sekarang juga ke apartemen atau aku bakal cerita tentang hubungan kita ke istri kamu!" ancamnya dengan tatapan mata penuh peringatan.

Estu melebarkan matanya tak percaya. Hal yang sama yang telah diucapkan oleh wanita itu ketika acara lamarannya dengan Asmita baru saja selesai. Malam di mana ia harus melihat wajah sedih dan kecewa Asmita.

"Jangan memulai hal yang akan membuat kamu menyesal!" Estu menatap Vita dengan wajah serius.

"Aku nggak menyesal kalau semua yang aku lakukan bisa bikin kamu tetap berada di sampingku!" sahut wanita itu dengan wajah penuh emosi.

Estu menghela napas pelan. Dia tidak akan menyelesaikan semuanya dengan cepat jika Asmita tahu tentang hubungannya dengan Vita. Semuanya pasti akan semakin rumit dan Estu pikir Asmita pasti akan meninggalkannya dengan cepat saat tahu apa yang sebenarnya terjadi.

"Oke! Aku ikut kamu. Tunggu di lobby, aku harus siap-siap dulu," ucap Estu.

Pria itu kemudian keluar dari sana dan menghampiri salah satu petugas front office. Dia berpesan supaya tidak membiarkan Asmita pergi dari sana dan mengatakan kepada istrinya itu bahwa dia memintanya supaya tetap menunggu di hotel.

Seluas CakrawalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang