Pertemuan

1.8K 156 3
                                    

Haloooo! Asmita dan Mas Estu update, nih!

Untuk tempat dan apa rahasia hidup Asmita yang nggak diketahui orang lain ada di chapter yang aku upload di karyakarsa. Silahkan baca chapter itu dulu supaya nggak ada alur yang terlewat :)

Tolong jangan emosi sama chapter yang ini, yaaa ~

Seperti biasa jangan lupa support-nya!

Enjoy this part ~

________________________________________________________________________________

Wajah Asmita masih mengantuk. Rambutnya berantakan dan dia tidak punya waktu untuk menyisirnya. Gadis itu mengusap matanya dan melotot melihat suaminya berdiri dengan senyuman semanis madu di depan kamar yang ia tempati. Dia menoleh ke belakang untuk melihat jam yang tergantung di dinding. Pukul tujuh pagi. Kepala Asmita terasa sedikit berat karena jam tidur yang berantakan.

Dia hanya memejamkan mata selama dua jam dan dengan tiba-tiba suara ketukan terdengar dari pintu kayu yang sebenarnya tidak ia kunci. Gadis itu berdiri dengan bingung. Lebih tepatnya dia tidak siap sama sekali. Dia terlihat memalukan dengan wajah khas bangun tidur. Meski tidak begitu yang dirasakan oleh Estu.

"Selamat pagi," ucap pria di depannya dengan wajah sumringah.

"M- Mas Estu, kenapa bisa sampai di sini?" Asmita melihat ke kanan dan kiri.

Sepi. Orang-orang di sana memang sudah beraktivitas sejak pagi. Asmita hampir lupa bahwa dia sempat mengatakan tempat itu kepada Estu. Ingatan itu datang secara mendadak dan membuatnya menelan ludah pelan.

Cepat banget dia sampai ke sini.

"Kenapa kamu tanya tentang hal itu?" Estu terkekeh pelan. "Aku bisa sampai di sini karena..." Estu tersenyum lembut. "Aku ingat semua yang kamu katakan waktu kita di mobil."

"Maksudku..." Asmita menahan diri untuk tidak berlari dan mendekap tubuh tegap suaminya itu. "Cepat banget Mas Estu menemukan aku," lanjutnya dengan nada sedikit ragu.

Estu tertawa. "Karena aku nggak bisa terlalu lama kamu tinggalin begitu aja. Aku udah kangen banget sama kamu dan terserah kamu mau percaya atau enggak, itu nggak penting buat aku." Estu kemudian melangkah maju.

Dengan helaan napas yang tertahan karena rasa bahagia yang memuncak, pria itu mendekap sang istri dan mencium kepala pelipis Asmita dengan lembut. Asmita terbelalak dan semakin kaget dengan tingkah Estu.

"Terima kasih karena kamu udah jadi istriku," ucap pria itu pelan.

"Kenapa Mas Estu bersikap aneh begini?" tanya Asmita dengan suara yang sedikit teredam karena wajahnya kini tersembunyi di dekapan Estu.

"Aneh gimana? Aku cuma mau jemput istriku dan minta jatah peluk," jawab Estu dengan mata berbinar.

"Kemarin Mas Estu nggak mau sama aku, kan?" Hati Asmita tercubit.

Estu melepaskan pelukannya dan menangkup kedua pipi Asmita. Matanya menatap gadis itu dan seolah-olah dia sedang meminta fokus Asmita seluruhnya hanya padanya.

"Siapa yang bilang kalau aku nggak mau sama kamu?" Estu menghela napas dalam. "Aku bilang, tunggu di hotel dan jangan pergi tanpa aku. Aku harus menyelesaikan masalahku sendiri, aku nggak mau kamu sakit hati." Estu tahu penjelasannya harus segera dimulai sebelum amarah Asmita meledak.

"Ak-"

Estu meletakkan ibu jarinya di atas bibir Asmita dan membuat gadis itu berhenti berbicara. "Dengar apa yang mau aku jelaskan ke kamu," ucap pria itu.

Asmita menelan ludah pelan. "Masuk!" titahnya.

Estu kemudian masuk ke dalam kamar berukuran tiga kali tiga itu. Dia duduk di pinggir ranjang sementara Asmita sedang menutup pintu kamarnya. Pria itu sama sekali enggan untuk mengalihkan perhatiannya dari gadis yang sudah membuat harinya muram kemarin.

Seluas CakrawalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang