Kisah Sebuah Kapal

1.4K 85 1
                                    

Halooo! Silahkan follow untuk yang belum follow biar aku tambah semangat updatenya xixixi

Oh, ya! Udah baca chapter pilihan yang ada di karyakarsa belum? Kalau belum silahkan mampir ke sana dulu supaya makin greget sama kisah Mas Estu dan Asmita.

Jangan lupa vote dan comment, ya!

Thank you ~

________________________________________________________________________________

Pulang ke rumah merupakan hal yang sudah dinantikan oleh Asmita. Dia sangat merindukan putra sambungnya yang kini sedang berlari ke arahnya itu. Asmita yang baru saja menapaki lantai teras kemudian tersenyum. Dia berjongkok dan merentangkan tangannya menyambut bocah manis itu.

"Bundaaa!" teriak Tala dengan wajah sumringah.

Dia menubruk tubuh Asmita dan mencium pipi Asmita dengan gemas. "Kenapa lama banget pulangnya?" tanya Tala dengan wajah murung.

"Maaf, ya? Tala pasti udah rindu Bunda, ya?" Ada rasa hangat yang mengalir begitu saja di dalam dadanya kala dia memanggil dirinya sendiri dengan sebutan 'bunda' di depan anak kandung Estu dan Alya itu.

Tala mengangguk. Asmita gemas. Dia menciumi pipi Tala sampai bocah itu tertawa karena geli.

Dia kemudian menggendong Tala dan membawa bocah itu masuk ke dalam rumah dengan Estu yang mengekor di belakang mereka. Estu hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat bagaimana Tala yang sangat manja kepada Asmita.

"Bu!" Asmita tersenyum lebar.

"Kalian udah pulang?" Dyah nampak tersenyum lebar dan memeluk Asmita serta Estu secara bergantian.

Dyah berdiri dan pindah ke atas sofa sambil mengernyitkan keningnya dalam. Dan dengan cepat, Estu membantunya.

"Ibu harap Tala segera punya adik," ucap Dyah sambil tertawa kecil.

Wajah Asmita memerah. Estu tersenyum geli melihat ekspresi istrinya itu.

"Estu sama Asmita pasti mengusahakan yang terbaik, Bu. Mohon doanya semoga kami segera diberi kepercayaan lagi untuk punya anak," kata pria itu mencoba bijak.

Mas aja belum pernah nyentuh aku lebih dari sekedar ciuman dan pelukan!

Pandangan Asmita tertuju pada Estu. Matanya seolah berbicara meski dia sebenarnya menanggapi ucapan Estu di dalam hati. Estu menahan senyumnya. Dia kemudian berjalan hendak masuk ke dalam kamar untuk meletakkan koper mereka di sana. Dan sampai di samping Asmita yang masih berdiri, dia memilih berhenti. Estu sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah istrinya dan mendekatkan wajahnya pada telinga Asmita.

"Aku tahu apa yang ada di dalam kepalamu. Malam ini, hm?"

Asmita melotot dengan mulut sedikit terbuka. Estu terkekeh kemudian pergi meninggalkan Dyah, Estu dan Tala di ruang keluarga.

Suami gue bisa baca pikiran, ya?

"Kapan kalian akan bulan madu?" tanya Dyah.

Asmita duduk dan tersenyum kecil. "Bulan madu?"

"Iya, Ibu ingin supaya kalian menyempatkan diri untuk pergi bulan madu beberapa hari." Dyah mengelus kepala Tala yang sedang duduk di sampingnya sambil bermain robot.

Asmita terdiam. Bulan madu? Mas Estu nggak pernah bahas tentang bulan madu ke gue.

"Nanti aku bicara sama Mas Estu, ya, Bu? Mas Estu kerja jadi jadwalnya juga harus menyesuaikan," jawaban Asmita terdengar bijak.

Dyah mengangguk. "Apa kamu bahagia?" tanya Dyah.

Asmita menelan ludah. Beberapa detik kemudian dia mengangguk pelan sambil tersenyum kecil. Meski cintanya belum berbalas tapi setidaknya dia sudah menjadi istri pria itu.

Seluas CakrawalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang