Kepribadian yang Baik

1.8K 128 3
                                    

Tolong Mita dikasih semangat! Go girl!

Jangan lupa vote dan comment-nya yaaa ~

Enjoy!

________________________________________________________________________________

Malam itu, tidak banyak yang Mita lakukan. Setelah berganti pakaian dan membersihkan diri, gadis itu segera merebahkan diri di atas ranjang. Besok, kamar itu akan dihias oleh pihak hotel sebagai hadiah kepada karyawan mereka yang teladan untuk acara pernikahannya. Ibu Asmita tidur di kamar yang berbeda darinya.

Malam yang sebelumnya terasa ramai oleh euphoria acara lamaran yang dilakukan oleh Estu atas dirinya kini berganti dengan sepi yang begitu terasa hingga menembus batin gadis itu. Asmita memandang ke luar jendela kamarnya. Setelah tiba di kamar itu, dia sengaja membuka tirai supaya setidaknya dia bisa memandang langit di atas kota yang seolah tak pernah tidur.

Matanya menerawang jauh, tidak ada bintang yang mampu di tangkap oleh mata telanjangnya. Langit terlihat sangat gelap. Mita meloloskan napas lelahnya begitu benaknya teringat dengan pertemuan Estu dan Vita di tempat acara.

Sampai detik di mana Asmita memikirkan perasaan pria itu terhadapnya, tak ada pesan yang datang ke ponselnya dari pria yang besok akan menikahinya. Mita bertanya-tanya, akan seperti apa kehidupan rumah tangganya bersama Estu? Pria mapan yang tampan dan Mita yakin Estu juga memiliki segudang gadis atau wanita yang memujanya.

Rasa lelah gadis itu membuat tubuhnya terasa seperti mengambang dan kepalanya seperti diayun-ayun dengan perlahan. Dan tak lama berselang, matanya mulai terasa berat seiring dengan mulutnya yang terbuka lebar karena menguap lebar. Mita masih memegang ponselnya ketika dengan pelan matanya mulai tertutup dan ia terbuai di alam mimpi.

Pagi hari, Mita masih tidak mendapat pesan dari Estu meski hanya untuk mengucapkan selamat tidur atau selamat pagi. Dia bergegas keluar kamar setelah mandi. Gadis itu menghampiri kamar Estu yang terletak dua kamar setelah kamarnya. Dia berdiri dengan gugup. Dia hendak memencet bel kamar Estu tapi tanpa ia duga, pintu kamar Estu terbuka dengan lebar.

Mita melotot melihat pria yang sejak semalam membuatnya risau tengah berdiri dengan rambut setengah basah dan celana jeans pendek. Jangan lupakan kaos putih yang menempel pada tubuh Estu, warna itu menjadi salah satu warna favorit Mita untuk Estu. Pria itu terlihat semakin tampan dan kesan bersih pada wajah Estu begitu terpancar.

"Se- selamat pagi, Mas," ucap Mita tergagap.

Estu tersenyum tipis. "Selamat pagi, ada apa?" tanya Estu sambil menoleh ke kanan dan ke kiri, sepanjang lorong tempat kamar mereka berada memang masih sepi.

"Ak- aku mau ajak Mas Estu sarapan," jawab gadis itu.

"Aku baru aja mau ke kamarmu. Kalau gitu, ayo kita turun ke bawah!" ajak Estu dengan senyuman yang masih bertengger manis di wajahnya.

Mita mengangguk dengan senyuman kaku. Dia berjalan di samping Estu. Mita melirik ke kanan, Estu memasukkan satu tangannya ke dalam saku celana. Pria itu terlihat sama sekali tidak terlihat hendak menjelaskan sesuatu pada Mita.

Kaki Mita berhenti mendadak. Hal itu jelas membuat Estu ikut berhenti. Pria itu menoleh ke belakang dengan dahi berkerut.

"Ada apa? Apa ada barangmu yang tertinggal di kamar?" tanyanya dengan nada lembut.

Asmita memejamkan matanya sejenak. Dia menghela napas panjang.

Jangan merusak suasana, Mit!

"Enggak!" Gadis itu menggelengkan kepala dengan tegas dan berjalan kembali menghampiri Estu dan melingkarkan tangannya pada lengan pria itu. "Aku cuma mau bilang terima kasih karena Mas Estu udah milih aku," ucapnya dengan kepala mendongak supaya bisa melihat ekspresi wajah Estu.

Seluas CakrawalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang