Tetap Akan Pergi

1.3K 99 1
                                    

Halooo! Siapa yang kemarin baca Seluas Cakrawala di Karyakarsa?

Masih banyak nggak stok sabarnya?

Oh, ya! Asmita dan Mas Estu update hari ini.

Kasih vote dan jangan lupa follow penulisnya biar semangat hehe

Sebenarnya jadwal updatenya semalam tapi aku ketiduran, maaf :)

Eh, mau kasih tahu lagi! Silakan mampir ke Fizzo (Angee Lintang) dan kalian bisa baca karyaku secara gratis sampai tamat! Di sana ada 1 cerita yang udah selesai serta ada 1 yang masih on going dan aku update setiap hari, judulnya Satu Malam Tanpa Bintang.

Kalau kalian ternyata mampir ke sana, tolong komen dan kasih ulasan yang membangun, ya.

Terima kasih banyak!

_______________________________________________________________________________

Estu berjalan cepat menuju ke mobilnya. Dia duduk di balik kemudi dan menatap layar ponsel untuk beberapa saat. Pria itu membaca pesan dari Ratih yang membuatnya kalang kabut. Pria itu bahkan membatalkan rapat di departemennya setelah mendengar kabar yang membuatnya tidak bisa berpikir jernih.

"Nekat banget, sih!" ucapnya kesal.

Estu kemudian memacu mobilnya menuju ke rumahnya. Dia menahan diri dan bersabar karena menghormati mendiang Alya. Tapi kedua orang tua Alya membuatnya kehabisan kata. Dia menghormati mereka juga tapi dia tidak tetap tidak suka jika batas yang sudah ia tentukan dilanggar begitu saja.

"Asmita..." bisiknya pelan.

Rasa bersalah menggerogoti dadanya. Estu sudah membawa wanita baik itu masuk ke dalam kehidupannya yang rumit. Dia membawa Asmita tapi hanya ada rasa tertekan dan tersakiti yang dirasakan istrinya.

Untuk pertama kalinya, Estu hanya ingin membela sang istri dari orang-orang yang tidak mau melihat setiap masalah dari perspektif yang lain. Estu ingin berada di samping Asmita dan mendekap tubuh wanita itu dengan erat meski makian yang akan ia terima.

"Bertahan sebentar lagi," bisiknya lagi.

Dan sampai di rumahnya, mobil kedua orang tua Alya masih berada di pinggir jalan. Estu bergegas masuk ke rumah.

"Kehadiran kamu juga bikin banyak orang nggak nyaman. Apa kamu tega bikin keluarga ini berjarak dengan sanak saudara yang lain? Kamu tega sama Tala dan Estu?!" suara Wulan meninggi.

Mata Estu nyalang melihat Asmita yang sedang duduk bersimpuh di depan kedua orang tua Alya. Wulan terlihat terisak menangis dengan suaminya yang hanya memilih diam. Ratih tidak terlihat di sana dan Estu yakin kalau Wulan yang telah menyuruh Ratih untuk pergi dari sana.

"Saya mohon beri saya waktu sebentar aja. Saya tahu kalau saya nggak pantas bersanding sama Mas Estu. Tapi saya butuh waktu buat membuktikan kalau pernikahan ini bisa berjalan dengan baik," ucap Asmita dengan nada lemah.

"Asmita!"

Wanita itu menoleh ke belakang dan terbelalak melihat Estu yang memasang wajah murka. "Mas," ucapnya.

"Berdiri!" titah Estu.

Asmita menurut. Dia memandang Estu dengan wajah yang sudah bersimbah air mata. Wulan terlihat mengusap pipinya. Dia kemudian meminta sang suami untuk menunggu di mobil karena sebentar lagi urusannya selesai di sana.

"Estu, sebaiknya segera lepaskan Asmita dan nikahi wanita yang seharusnya menjadi ibu Tala. Mama ke sini supaya semuanya segera berakhir. Asmita harusnya setuju, daripada hubunganmu dengan keluarga besar kamu atau hubunganmu dengan Mama menjadi buruk lebih baik kamu menurut sama Mama." Wulan berkata setelah suaminya pergi dari sana.

Seluas CakrawalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang