32 | Kebenaran?

817 85 10
                                    

"Mina, setelah Ryujin sembuh ayo kita pulang ke Kanada. Rawat putra kita berdua disana."



Mina tertegun, senyuman diwajahnya hilang seketika. Pulang ke Kanada. Sesuatu yang Mina tunggu-tunggu sejak lama. Tapi.. kenapa sekarang terasa enggan?



"Nggak papa Ryujin mau bandel atau nakal yang penting aku bisa ngawasin dia terus. Aku takut dia celaka lagi. Di Kanada Ryujin lebih aman."



Mina menggeleng. Menolak mentah-mentah opini Jeongyeon. "Nggak Je. Kamu bukan takut Ryujin celaka lagi, tapi kamu takut Ryujin diam-diam mencari tau keberadaan orang tua dan saudara kandungnya disini. Iya kan?"



Jengyeon menatap Mina tajam, pria paruh baya itu tidak percaya kata itu akan keluar dari mulut istrinya. "Mina! Orang tua kandung Ryujin sudah tewas! Mana mungkin Ryujin melakukan itu. Perlu diingat Mina, kita sudah mendoktrin Ryujin sedari kecil agar dia tidak mencari orang tuanya. Sangat mustahil hal itu terjadi."




"Bukan kita, tapi cuma kamu! Kamu terlalu naif Je! Kamu terlalu takut kehilangan Ryujin sampai tega menfitnah ayah dan ibu kandung Ryujin yang bahkan sudah tiada! Kim Sejeong bukan seorang brengsek dan Park Jihyo bukan seorang jalang seperti apa yang kamu sebarkan! Mereka adalah orang tua sekaligus pahlawan bagi Ryujin dan adiknya. Mereka rela kehilangan nyawa demi menyelamatkan kedua putranya. Jangan bikin Ryujin benci sama orang tuanya sendiri karena doktrin-doktrinmu itu. Jika memang Ryujin diam-diam mencari tahu keberadaan orang tua dan saudaranya biarkan saja, karena itu hak dia! Toh aku bisa menjamin Ryujin nggak akan langsung pergi dari kita jika dia berhasil menemukan mereka Je!"



Nafas Mina naik turun, matanya berair menandakan ia sangat emosional sekarang. "Aku masih ingat betul saat kecelakaan itu terjadi, dengan bersimbah darah Ryujin dan saudaranya menangis kencang memeluk tubuh Sejeong dan Jihyo yang sudah meregang nyawa. Harusnya sekarang kita membantu Ryujin mencari saudaranya Je, bukan malah mempersulit dia." Air mata Mina meluruh membasahi pipi, dadanya terasa sesak bak kehabisan pasokan udara. "Tolong turunkan sedikit saja egomu. Kita sudah terlalu jahat selama ini. Kita sudah membuat anak itu kehilangan orangtuanya dan kita juga yang sudah memisahkan Ryujin dengan adiknya. Biarkan Ryujin disini Je, biarkan dia pulang ke asalnya."




Jeongyeon naik pitam. Ia meremas tangan Mina yang berada di genggamannya, rahangnya mengeras menatap sang istri tajam. Beberapa detik Jeongyeon menatap Mina dengan penuh amarah sebelum akhirnya tawanya meledak. "Hahahahaa Mina Mina. Kamu lupa ya kalo kecelakaan itu juga bikin Ryujin kehilangan ingatannya? Jadi mana mungkin Ryujin melakukan itu. Ck, bahkan Ryujin saja tidak ingat siapa dirinya, apalagi saudaranya sendiri."




"Kim Sejeong dan Park Jihyo sudah tewas Mina! Begitupun putra kembar mereka Kim Clayton dan Kim Cliffton. Keluarga Kim sudah tiada. Sekarang hanya ada Shin Ryujin, sebagai anakku Shin Jeongyeon bukan Kim Clayton putra Kim Sejeong. Itu sudah sah secara hukum dan tidak bisa diganggu gugat, sekalipun itu kamu Mina! Camkan itu!" ujar Jeongyeon pergi meninggalkan Mina begitu saja.



Mina menatap sendu punggung Jeongyeon yang kian menjauh. Hatinya terasa sakit dan miris secara bersamaan melihat kelakuan sang suami. "Terkadang aku nggak percaya ada jiwa moster di dalam diri kamu, Je." lirih Mina.




"Ryu..." gumam Lia mengelus pundak Ryujin yang kini tengah duduk di kursi roda. Pemuda itu menatap kosong kedepan setelah mendengar semua percakapan kedua orang tuanya. Tanpa Jeongyeon dan Mina sadari, sedari tadi Ryujin dan Lia berada di belakang mereka, mendengar semua percakapan mereka.



"Maafin Lia.." Lia merasa bersalah karena tadi memaksa Ryujin untuk keluar ruangan dengan alasan mencari udara segar. Namun bukannya udara segar yang mereka dapatkan, justru mereka harus mendengar sebuah kebenaran tentang Ryujin yang selama ini terkubur dalam.




HORMONESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang