30 | Tears

908 85 34
                                    

Udah jam 8 malam. Lia daritadi kelimpungan karena Ryujin nggak ada kabar. Terakhir Lia denger dari Heejin katanya Ryujin sempet pulang dan nyamperin Lia ke balkon, tapi nggak lama Ryujin pergi lagi nggak tau kemana, karena pas ditanya Ryujin diem aja.



Lia yakin kalo Ryujin udah tau soal permasalahan dia sama Somi Chaeryeong tadi dan bisa jadi juga Ryujin liat dia pelukan sama Somi di balkon makanya Ryujin langsung pergi.





Karena masih ada tugas yang harus diselesaikan, Lia ngerjain laprak sambil nangis-nangis sesekali ngelirik hp kalik aja ada kabar dari Ryujin. Lia beneran stress, fokusnya kepecah antara tugas sama Ryujin. Lia khawatir, takut Ryujin kenapa-kenapa karena daritadi nomernya nggak aktif.




"Hei kenapa? Kok nangis?"




Seketika Lia berbalik pas ngerasain sepasang tangan kekar melingkar di pinggangnya. "Ryujin!!" Lia langsung berhambur meluk Ryujin erat bikin Ryujin yang nggak siap oleng.




"Hiks... Kamu kemana aja?? Kenapa nomer kamu nggak aktif? Aku khawatir banget sama kamu Ryu... Aku takut kamu kenapa-kenapa."




Ryujin senyum tipis, dia bales pelukan Lia nggak kalah erat, tangan kirinya bergerak mengelus rambut Lia yang semakin memanjang. Ryujin diem aja nggak ngomong apa-apa, dia biarin Lia ngeluapin emosinya dulu.




Dengan masih sesenggukan Lia ngelepas pelukannya lalu menatap Ryujin nanar. "Ryu.. jangan pergi-pergi lagi kaya tadi. Lia takut hiks..."




Ryujin tersenyum lalu mengusap air mata Lia. "Iya, maaf."




"Iya gapapa. Lain kali kalo mau pergi pamit ya? Asal Ryu tau, Lia sayang banget sama Ryu."




Ryujin senyum terus ngangguk. "Iya, aku juga."




Lia ikut senyum, dia maju selangkah dan kecup sudut bibir Ryujin. "Makasih Ryu. I love you."




Lagi-lagi Ryujin cuma bales senyum sama ngangguk doang.




Lia mengernyit, sadar sama kondisi Ryujin sekarang. Rambut berantakan, wajah lusuh dan pucat. "Ryu, baju kamu kok kotor gini sih? Ini juga bagian pundak ada yang robek. Terus ini juga di wajah sama tangan kamu ada guratan-guratan halus kaya luka gesekan. Kamu kenapa sayang?"




Lia mencoba megang dahi, pipi lalu turun ke leher Ryujin. "Kulit kamu juga dingin banget. Kamu nggak lagi sakit kan? Kamu nggak habis berantem kan?"




"Lia..." Panggil Ryujin, mengabaikan pertanyaan Lia yang bertubi-tubi.





"Iya Ryu?"





Ryujin senyum. "Udah ya Li."





Dahi Lia mengkerut. "Udah apanya Ryu?"





"Aku udah liat fotonya tadi. Sekarang aku ngerasa kalo kita udah cukup."




"Hah?"




"Kita nggak usah ketemu lagi."




Bohong kalo Lia enggak kaget, sekarang dia kaget banget denger Ryujin ngomong kaya gitu, yang secara nggak langsung Ryujin minta putus. Tangis Lia makin kejer, dia menggeleng dan meluk Ryujin lagi. "Enggak mauuu. Aku enggak mau kita putus."




"Kamu salah paham Ryu, aku nggak ada hubungan apa-apa sama Somi, beneran. Aku cuman minta ditemenin doang ke warnet. Emang, tadi kami sempet photobox bareng, tapi itu cuma foto doang kok nggak lebih."




HORMONESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang