Happy Reading
🌹🌹
"Mas Aryudha..."
"Loh? Kamu bangun?"
"Bagaimana Ocha ini, Gus Yudha datang malah tidur" tegur ayah.
"Aku gak tau mas Aryudha bakal datang malam ini, Yah" sahut Ocha yang ikut duduk pada sofa. Dia duduk disamping saya. "Kok gak ngabarin?"
"Sengaja, biar kamu kaget tapi kamu nya sudah tidur"
"Harusnya dibangunin"
"Kan sekarang juga sudah bangun?"
"Sekarang kamu temani gus, ayah mau tidur dulu" pamit ayah yang berdiri dan berjalan menuju kamar beliau.
"Kenapa bangun?"
"Iyalah bangun aku dengar suara mas, aku kira suara mas di mimpi aku keluar kebawa ke alam sadar aku tadi"
"Hahaha, kamu ini ada-ada saja. Tapi ngomong-ngomong kamu mimpi saya?"
"Iya, saking kangennya" dia tiba-tiba memeluk tubuh saya membuat saya kaget.
"Jangan disini sayang, malu kalau ada keluarga kamu yang lihat" walaupun saya juga begitu ingin memeluknya tapi terpaksa saya harus melepaskan pelukannya.
"Kalau di kamar boleh?"
"Lebih juga boleh" jawab saya dan dia malah mencubit pinggang saya.
"Aku lagi lapar, didalam sini berontak mau makan" ucapnya sambil menunjuk perutnya.
"Kamu atau bayi?"
"Ya berdua lah"
"Iya, tadi saya bawa makanan dari pesantren ada gulai dan opor. Saya letakkan di dapur. Kamu mau?" Dia mengangguk cepat.
"Kayaknya opor enak. Mas mau makan juga?" Tanyanya.
"Tidak, saya sudah kenyang sekali hari ini"
"Yaudah, Temani aku makan aja mau gak?"
"Mau, ayo ke dapur"
Kami berjalan kearah dapur. Ocha menyiapkan nasi nya sedang saya membantu menuangkan air ke cangkir.
"Ini masakannya siapa yang bikin mas?"
"Kalau gulai pesan di tempat catering kalau opor ini umi yang buat, dibantu sama santri-santri "
"Oh... Gitu ya" Ocha kemudian ikut duduk pada kursi meja makan.
"Saya bantu suapin"
"Gak usah"
"Jangan menolak"
"Yaudah hehehe, aku sebenarnya suka kok disuapin" sahutnya berterus terang lalu menerima suapan nasi yang saya berikan.
"Enak?"
"Hem... Enak. Ini kalau umi buka warung... masak opor aku yakin bakal... laris manis"
"Hahaha selesaikan dulu kunyahannya hahaha Nanti saya bilangkan ke umi, umi pasti senang sekali masakannya dipuji"
"Tapi jangan bilang aku mas"
"Kenapa?" Saya kembali memberikannya suapan nasi.
"Malu ah tadi gimana...lebaran mas Aryudha... di pesantren?" Tanyanya mengalihkan pembicaraan. Dia sering sekali seperti ini.
"Seperti biasa kebanyakan orang. Sholat, ziarah, maaf-maafan, makan-"
"Ah iya yah mas, kita belum salaman" potongnya tiba-tiba, wajahnya jadi tampak lucu karena kaget tapi juga bingung sedangkan di dalam mulutnya masih ada makanan.
"Nanti saja, ini tangan saya mau masuk ke mulut kamu dulu" dia langsung memasang wajah cemberut.
Selesai makan, saya dan Ocha langsung kembali ke kamar Ocha. Ini sudah cukup malam dan saya juga sudah lumayan ngantuk dan kelelahan.
"Nah, sekarang coba mas duduk di kasur" pintanya menarik saya dan mendudukkan saya pada kasurnya.
"Mau apa?"
"Salaman, maaf-maafan kayak mas dan keluarga mas di pesantren tadi"
"Ada-ada saja, kamu tidak perlu melakukan hal seperti itu kepada saya" mana tega saya membuat dia berjongkok didepan saya sedangkan dirinya tengah hamil anak saya.
"Kenapa? Aku gak ada dosa ya sama mas?" Tanyanya sambil cengengesan. "Aku banyak baiknya kan?"
Hahaha.
"Sini kamu!" Saya memintanya untuk ikut duduk pada kasur disamping saya. Ocha menurut dia langsung duduk disampingnya saya sambil terus menatap pada saya. "Nah"
Dia langsung menerima dan menggenggam tangan saya. "Minal Aidin wal Faidzin mas, maaf ya kalau selama ini aku banyak salah. Aku sering ngambek dan marah. Soalnya mas juga nyebelin" tabiat wanita disaat meminta maaf pun dia pasti akan tetap mencoba membela dirinya. "Aku minta maaf juga kalau selama ini belum bisa jadi istri yang berbakti sama mas" rasanya saya ingin menangis mendengar kalimat terakhirnya ini. Dia mencium punggung tangan saya lalu telapak tangan saya.
Kini giliran saya yang menggenggam tangannya. "Azzahra... Saya juga minta maaf dengan kamu karena selama ini saya banyak berbuat kekhilafan dan kesalahan kepada kamu. Membuat kamu marah bahkan menangis. Saya juga meminta maaf kalau selama ini saya belum bisa menjadi suami yang membahagiakan kamu"
"Sudah kok mas. Kata siapa belum? Mas tiba-tiba bisa datang cepat ke sini saja aku sudah bahagia banget. Apalagi tadi mas juga suapin aku makan" jawabnya cepat. "Aku gak bisa ucapin semua rasa bahagia aku sama mas, pokoknya mas jadi suami aku saja aku sudah merasa bahagia"
Bagaimana bisa saya tidak begitu jatuh cinta pada wanita ini sedangkan dia begitu mensyukurinya keberadaan saya di hidupnya. Dia menganggap keberadaan saya sebagai kebahagiaan. Dia memberikan segala cinta dan perhatiannya hanya untuk saya seorang.
"Saya juga bahagia memiliki kamu, Ocha" saya mencium tangan Ocha lalu mengecup keningnya.
"Terus THR nya mana?" Tanyanya mengulurkan telapak tangannya diikuti kekehan. Lengkungan senyuman pada wajahnya membuatnya kian manis.
"Mau berapa?" Saya merogoh kantong celana saya. "Ini ada ni"
"Hah? 10 ribu? Ini beli susu kota sama taro juga langsung habis"
"Bersyukur sayang"
"Hahaha Alhamdulillah..."
"Sini" Saya membawanya dalam dekapan saya. "Saya sangat merindukan tawa Azzahra saya"
"Mas..."
"Iya sayang..."
"Aku mau THR"
"Iya nanti saya transfer saja ya"
"Ini bukan tentang uang"
"Lalu apa sayang?"
"Aku cinta banget sama mas Aryudha jadi jangan lepasin aku ya" terdengar cukup aneh dia meminta hal tersebut tiba-tiba padahal sekarang saya memeluknya begitu erat.
"Saya tidak punya alasan untuk melepaskan wanita yang begitu menggebukan hati saya dengan cinta. Saya juga sangat mencintai kamu, Ocha"
🌹🌹
Bye bye🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
AZZAHRA (Aryudha POV)
Romance"Saya mulai dengan perkenalan. Nama saya Aryudha Fikram, saya disini akan menggantikan bapak Santoso dalam mengajar mata pelajaran metodologi penelitian kesehatan" Mereka hanya mengangguk mengiyakan. "Sebelum saya mulai pembelajaran, saya mau tanya...