#14 Benar-Benar Baru

14 2 3
                                    

Minggu, 13 Desember 2015
17:55 Sore.

Hari kian berlalu ....

Sudah beberapa hari sejak hari itu, hari di mana anak itu terlibat insiden dan aku secara sukarela memberinya pertolongan .... Sejak saat itu pula, ia tak pernah lagi mampir ke vilaku, ke gazeboku. Bahkan sekedar lewat pun tak pernah.

Jujur, timbul pemikiran di benakku bahwa kata-kata yang kuhaturkan di hari itu tampaknya sudah membuat dirinya begitu tertekan. Begitu malu. Mungkin karena itulah dia semakin gengsi untuk datang kembali ke sana.

Tapi, apa segitunya?

Hah ... wajar sih ....

Kalau saja aku, mengalami hal yang serupa, aku pun pasti akan bertindak sama.

Bayangkan saja! Menganggap sebuah tempat sebagai rumah peristirahatanmu, padahal kau sama sekali tak punya hak kepemilikan apapun atas tempat itu. Dan suatu hari, tanpa diduga-duga kau akhirnya mendapat fakta mengejutkan bahwa rumahmu itu sebenarnya sudah dimiliki orang lain tanpa sepengetahuanmu. Orang lain itu punya bukti kepemilikan sementara kau tidak.

Jika aku yang mengalaminya, tentu aku akan memilih untuk melupakan soal tempat itu untuk selamanya.

Ya, itu normal.

Tak henti-hentinya aku bergumam serta memikirkan hal tersebut selama perjalanan pulangku ini. Semakin memikirkannya, rasanya tengkukku semakin berat saja. Aku bahkan tak tahu ini sebenarnya karena hawa dingin malam atau memang dirinya. Yang jelas, atas semua yang terjadi, aku sungguh tidak enak dengannya. Rasa-rasanya aku seperti sedang memisahkan seseorang dari hal yang dia sayangi dengan begitu teganya.

Tapi, ya, sudahlah. Toh kalau dipikir-pikir, dia itu gegabah dan cukup arogan dalam berbicara. Tak sampai setengah hari kami berinteraksi, aku sudah paham bahwa gadis itu adalah orang yang tipenya selalu bertindak sesuka hati tanpa memberi kesempatan pada orang lain untuk sekedar menjelaskan. Perawakannya itu tampak seperti pembangkang.

Kupikir-pikir lagi ..., setidaknya kejadian kemarin pantas dijadikan suatu balasan atas sikapnya.

----

Ngomong-ngomong, sekarang ini aku tidak sedang di vila. Aku mendapat undangan untuk menghadiri suatu seminar kemasyarakatan yang diadakan oleh tenaga kesehatan setempat. Acaranya bertempat di salah sebuah gedung serbaguna di pangkalan kota Miyako. Dan sekarang, acaranya sudah kelar, menyisakan diriku yang kini sedang berjalan pulang.

Awalnya niatku adalah ingin langsung pulang menuju vila. Namun, mendadak langkahku berubah haluan setelah aku tiba-tiba melihat kumpulan keramaian yang sedang terjadi di kawasan pelabuhan.

----
Happiness Is the Best Healer
Kebahagiaan Adalah Obat Terbaik
----

Malam ini, suasana di pelabuhan sedikit berbeda dari biasanya.

Bukan sedikit, sih.

Kulihat, banyak orang-orang berkumpul di area sekitar dermaga. Mereka berkumpul nampaknya sesama keluarga, teman atau yang lainnya dengan memakai yukata dan beberapa baju modis lainnya. Mereka semua terlihat antusias dan seperti sedang menunggu akan datangnya sesuatu. Suasana ramai ini, terlihat begitu meriah dan penuh warna.

Banyak pedagang kaki lima yang berjualan di area pasar dekat pelabuhan. Besertanya, lintasan lampu LED warna-warni turut mengalungi tiap kios dengan apiknya. Juga, terdapat pula beragam lentera gantung berwarna yang sengaja dipasang di pinggiran jalan menuju dermaga sebagai penghias. Walau salju kian turun dan suhu juga menurun, nampaknya hal itu tak mempengaruhi kegembiraan dan animo orang-orang ini.

Happiness is the Best HealerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang