#33 Berkebalikan Arah

10 1 1
                                    

\zzzzz\

\se...lamat sore para pendengar, di mana pun kalian berada! Ya', pada segmen kali ini akan kembali kami ingatkan perihal ramalan cuaca di seluruh Jepang.\

\zzzzz\

\..., untuk sore ini, masih sama seperti siang dan pagi; berawan. Dengan suhu maksimum 6°C dan suhu minimun 2°C di seluruh jepang\

\zzzzz\

\dan ... pada malam harinya, diperkirakan wilayah Jepang bagian utara akan turun hujan dengan intensitas sedang, lalu ... wilayah Tokyo serta Jepang bagian selatan mendung. Suhu berkisar 0-2°C.\

\Berkaitan dengan hal ini, tak lupa juga kami sampaikan, para pendengar setia di manapun berada, jangan lupa hangatkan diri kalian! Dan bagi yang akan berada di luar ruangan, dimohon untuk selalu mengenakan pakaian tebal dan-\

*klik

Kutekan sebuah tombol di sudut atas radio mobil. Tombol berwarna hitam, senada dengan panel dasbor. Desisan penyiar radio itu pun terhenti dalam sekejap. Demikian setelahnya, tanganku melayang menuju setir mobil, dan kembali menggenggamnya sebagaimana mesti. Turut sambil, ujung kakiku perlahan semakin menekan pedal gas guna mempercepat laju mobil yang tengah kukendarai ini.

Total empat jam sudah, aku menghabiskan waktu dalam perjalanan seorang diri ini. Aku pergi dari Kota teluk Miyako, turun ke selatan menuju pusat peradaban Tokyo. Ini merupakan perjalanan yang begitu membosankan, sebab nyatanya belum sampai 24 jam yang lalu, aku sudah melewati rute yang sama dengan yang kulalui ini, pun dengan moda transportasi yang sama, yakni Toyota Carry. Hanya saja, kini berkebalikan arah.

Awan-awan bergumpal tersebar rata di sekujur langit, begitu egois sebab hanya menyisakan celah-celah kecil yang di mana hanya di sanalah mampu tercercah cahaya langit dari hari yang sudah sore ini. Suasana jalanan jelas jadi redup karenanya, namun lampu jalan otomatis di sepanjang jalan tol ini seakan menantang langit bahwa ia belum cukup gelap untuk membuat bohlam miliknya itu menyala.

Andaikan saja ... di dalam batinku ini ada lampu sejenis itu, kuyakin sejak istriku memberitahu soal foto itu, sejak Touno memberikan artikel berisi lebih banyak lagi foto dan narasi palsu itu, lampu pasti sudah berbinar-binar dalam hati mengalahkan cahaya apapun.

Ketika wiper mobil rutin menepikan salju halus yang tertabung begitu lamban di kaca depan, tubuhku tak kunjung bisa tenang. Mau berhenti untuk beristirahat di rest area, ataupun sekedar berkendara sambil menyenderkan badan, rasanya sukar. Setiap kali aku memikirkannya saja, sudah timbul bayangan bahwa aku akan melewatkan sesuatu yang penting.

Resah, gelisah, serta khawatir, semua berhimpun dalam diriku hingga detik ini. Semakin lama, semakin aku kian mendekati Tokyo, terasa semakin mendebarkan. Aku berpikir takut, bagaimana semisal ketika aku sudah tiba di Tokyo nanti, pada akhirnya aku tak mampu menemukan wanita yang kucari-cari itu? Seandainya begitu, bagaimana lagi aku bisa mengetahui soal apa yang akan terjadi padaku melalui jebakan ini?

Untuk sekarang, menemukan wanita ini adalah satu-satunya asa yang bisa dan harus kuperjuangkan. Sebab, harapan untuk mencari tahu siapa sebenarnya penulis artikel, dan melacak wajah wanita berdasarkan foto yang ada, sudah sirna.

Sekitar setengah jam yang lalu, aku baru selesai mengobrol dengan Touno untuk yang kedua kalinya pada hari ini via panggilan telepon. Di situ dia menjelaskan padaku, dibarengi permintaan maafnya, bahwa pihak siber menolak pencarian dengan alasan permohonan hanya berupa keinginan personal, tanpa adanya surat resmi perintah pelacakan. Aku kecewa mendengar hal itu. Tidak pada Touno, melainkan pada mereka semua itu.

Happiness is the Best HealerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang