#3 Terasa Berbeda

38 16 111
                                    

Keesokan paginya,
Selasa, 08 Desember 2015
07:15 pagi

Pagi ini, sesaat setelah aku mendengar suara gemericik kecil, Aku terbangun.

Suara tersebut berasal dari atap vila. Suara yang terdengar begitu syahdu, sehingga mampu membuat tubuh ini terbangun dari kelelapannya.

Dengan posisi berbaring dan mata yang masih belum kubuka sepenuhnya, aku dapat mendengar suara gemericik tersebut rerintikan jatuh menghantam atap. Membuatku langsung tahu bahwa di luar sana sedang hujan gerimis.

----
Happiness Is the best Healer.
----

Sungguh berat rasanya 'tuk bangkit dari sikap berbaring guna lekas memulai hari. Batinku seakan bersungut-sungut ingin tetap melekat pada ranjang ini sepanjang hari.

Namun tak lama berselang, masih dengan sikap terlentang, samar-samar terdengar olehku, klakson angin kapal yang bergemuruh panjang dari jauh.

"Suara itu .... Aku begitu mengenalnya," gumamku dalan hati.

Aku jelas mengenali suara itu. Sebab, tiupan sejenis itulah yang selama ini menemani kegiatan pengabdianku di lautan luas.

Lalu, dengan tanpa merasa malas lagi, aku langsung bangun dan kemudian bergegas melihat ke luar melewati jendela vilaku. Mataku langsung tertuju ke arah kejauhan cakrawala, di mana kapal yang terlihat hanya seukuran jempol tanganku dari balik jendela ini, terlihat sedang mengarah ke pelabuhan.

Walau sangat jauh dari tempatku berada, kapal itu benar-benar jelas terlihat. Kuat, kokoh, dan berani. Aku tahu betul bahwa itu adalah kapal Angkatan Laut.

Yap, kapal itu adalah salah satu kapal militer angkatan laut milik Jepang. Kapal tersebut biasanya dipakai untuk mengangkut personil militer di dalamnya, guna berpatroli ke batas-batas teritorial laut. Namun, tak jarang juga digunakan untuk kegiatan pelatihan prajurit muda atau sejenisnya. Yang ada pagi ini, berisikan rombongan kedua, sementara kapal yang kunaiki kemarin merupakan rombongan pertama.

Dan seperti yang kalian ketahui, aku punya peran penting dalam program pelatihan prajurit di batalion itu. Dengan bekerja sebagai dokter militer Angkatan Laut, aku kini berpangkat kapten. Jabatan tertinggi dalam kelompok perwira pertama.

Hah ... melihat kapal itu datang dengan jelasnya terkadang membuatku kembali mengingat masa-masa dinas. Masa yang sungguh menguras waktu dan tenaga. Rasanya seperti sudah satu windu, padahal baru kemarin.

"Sebaiknya aku jangan melihatnya terlalu lama deh. Otak ku jadi tidak tenang," gumamku sembari mengusap-usap mata yang masih lesu saat itu.

----

Puas mengetahui apa yang sebenarnya sudah kuketahui, pupil mataku tak lagi berfokus pada titik di kejauhan tersebut.

Sebab ada sosok,

Ada satu sosok di sudut area penglihatanku, yang entah darimana datangnya melintas tepat di depan vilaku, sehingga menarik fokusku untuk beralih pandang. Kemunculan sosok tersebut begitu saja memecah fokus mataku yang tadinya tertuju ke kejauhan, kian mengarahkanku untuk melihat ke arah radius pandangan yang lebih dekat, yakni halaman depan vilaku.

"Dia ...."

Oleh karena terkejut bukan main, aku spontan menurunkan sebagian wajahku dari depan jendela, hingga hanya menyisakan mata kiriku hingga ke atas. Aku pun tak mengerti mengapa aku bisa-bisanya bersikap seperti ini, namun yang jelas, dengan posisi itu, aku masih senantiasa mengamati perempuan yang lewat di depan mata kepalaku itu.

Happiness is the Best HealerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang