#4 Tanpa Pasangan

40 19 151
                                    

09:25 pagi.

Sesuai perkataanku tadi, pagi menjelang siang ini, aku memutuskan untuk kembali mampir ke toko kakekku. Dikarenakan kemarin aku tak sempat bertemu beliau, rasa-rasanya seperti ada yang kurang. Maka dari itu, aku berencana menemui beliau hari ini juga. Setidaknya aku ingin memberi kabar secara langsung padanya bahwasanya aku sudah pulang.

Toko kakek berada tak terlalu jauh dari sini. Aku hanya perlu berjalan ±5 menit menyusuri medan yang menurun dan berliku dari lorong vilaku.

Sebenarnya saat ini aku sedang bingung. Apa tak masalah bila aku datang ke rumah kakek tanpa membawa apa-apa?

Hmm .... Tak apa, deh. Laginya aku malas mau beli-beli sesuatu. Lain hari saja.

----

Beberapa menit kemudian,

Sesampainya aku di toko kakek, terlihat kondisi toko yang kebetulan masih sepi pengunjung. Kurasa sekarang memang bukan jam ramai pengunjung.

Udara pagi ini begitu dingin. Kaca-kaca yang terdapat di toko itu masih terlihat diselimuti lapisan embun, bahkan sampai sesiang ini.

"Mudah-mudahan kakek hari ini sedang tidak sibuk," gumamku penuh harap.

Aku pun melanjutkan langkahku menuju pintu toko, bermaksud untuk membukanya lalu masuk ke dalam. Namun sayangnya, belum sempat tanganku menyentuh pintu toko, aku dikejutkan oleh sesuatu.

Seseorang tiba-tiba menepuk pundakku dari belakang dengan cukup keras.

"Oi, Kaito!"

// //
Happiness Is the Best Healer
// //


"Oi... Kaito!" teriak kakek dari arah belakang sambil menepuk pundakku.

"Hah! S..Siapa..?!" sahutku kaget, sontak berbalik badan.

Dan tepat setelah aku berbalik badan, di sana, berdirilah seorang pria lansia yang tingginya hanya sebatas daguku. Ia sedang memegang sebuah palu dan terdapat sebuah handuk kecil yang sedang mengalung di lehernya.

"Ah...! Kakek!" ucapku.

"Hehehe .... sudah lama sekali kakek merindukanmu, Kaito! Kakek terkekeh. "Selamat datang kembali di Miyako," sambung kakek sambil menyalam tanganku dengan begitu eratnya.

"Lho? Ada apa ini ...? Nampaknya kau sudah banyak berubah, ya, dari sebelumnya?" Kakek memandangiku begitu fokus. Ia masih belum melepas tanganku.

"Ahahaha ..., 'nggak kok, Kek. Aku masih sama seperti biasanya, kok," bantahku disertai tawa kecil.

Kakek pun lanjut bertanya, "Ngomong-ngomong, udah berapa lama kau pergi dari sini? Ada 5 bulan ya nampaknya."

"Yahhh ..., kurasa kurang lebih 6 bulan sudah aku tak menyentuh tanah Miyako ini lagi," ungkapku sembari mengangguk-angguk kecil.

"Mitsue-san! Ohayō." Salah satu masyarakat, terlihat menyapa Kakek dari belakangku, kemudian berlalu. Pria bersahaja yang hendak belanja. Pagi yang indah.

"Ohayō! Silahkan, silahkan," sambut Kakek padanya, lalu kembali berujar padaku, "Kemarin Ko-kun memberitahu kakek, kalau kau sempat mampir ke toko dan mencari kakek. Jadi, kakek sudah tahu kalau hari ini, kau pasti akan datang ke toko ini lagi," tuturnya sembari menepuk-nepuk pundakku dengan akrabnya.

"Hahaha, ya begitulah, kek," tukasku singkat.

"Ayolah, mampir ke rumah dulu ya, Kaito. Mari kita ngobrol-ngobrol," ajak Kakek begitu antusias.

Happiness is the Best HealerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang