20:45 malam. Masih di hari yang sama.
Sudah semakin malam hari berlalu. Takoyakiku pun kini sudah lenyap termakan habis.
Walau udara yang berhembus malam ini semakin larut semakin mencekam, tetap saja hal itu tak membuat para pengunjung berpulangan. Sebaliknya, orang-orang yang datang menuju kawasan dermaga malah bertambah ramai dan sesak.
Beberapa mengeluh dan merasa bosan menunggu, namun sisanya tetap antusias menanti. Musik-musik tradisional dari atas panggung pun ikut diperdengarkan untuk menambah kemeriahan. Tak lupa hiburan-hiburan pendukung lainnya juga diikutsertakan.
Namun, tiba-tiba saja, suara musik dari atas panggung itu mereda. Kemudian, terdengarlah suara mikrofon panggung berdenging. Membuat sekian banyak orang menoleh ke arah panggung.
"Perhatian semuanya!" Sosok wanita elok maju ke atas panggung, dan mulai mengutarakan sesuatu.
"Sebelumnya kami meminta maaf atas keterlambatan persiapan kembang api kami." Ia membungkuk, lalu kembali tegap.
"Namun begitu, kami pun mengucapkan terimakasih atas kesabaran kalian yang begitu luar biasa."
"KARENA, MINNA-SAN, PERTUNJUKAN KEMBANG API SEBENTAR LAGI AKAN DIMULAI!"
Sontak seluruh masyarakat yang berada di dermaga bersorak antusias. Semuanya pun kemudian bergerak ke sana kemari, mengatur posisi terbaik untuk menyaksikan kembang api tersebut.
Dan tak lama, terlihatlah secercah cahaya yang tiba-tiba muncul dari ujung cakrawala sebelah timur. Tepatnya berasal dari ufuk kejauhan yang di mana di sana terdapat sebuah pulau kecil. Daratan tersebut berada tak terlalu jauh dari dermaga.
Tepat di pulau itu, nampak cahaya berwarna kemerah-merahan sedang membumbung naik menuju langit malam. Cahaya yang terpancar begitu kontras dengan gelapnya langit malam sehingga dengan mudah mengalihkan fokus orang-orang di sekitar dermaga, dan mungkin para nelayan yang saat ini sedang berarung tak jauh dari daratan.
Semakin tinggi cahaya tersebut naik, semakin senyap orang-orang memandanginya.
Hingga tibalah saat di mana sinar tersebut sampai di puncak tertingginya, di mana kala itu suasana dermaga benar-benar sunyi dan orang-orang sibuk menatap langit. Dalam hitungan detik, cahaya tersebut pun meletus. Dari setitik cahaya, berubah menjadi hamparan penuh warna di langit.
Dan beberapa saat setelahnya, suara letusan kembang api itu pun menyusul dengan menggelegarnya. Suara yang begitu kuat sampai-sampai membuat tubuhku sedikit tersentak.
Cahaya yang meletus terlihat bermekaran di langit dengan warnanya yang begitu mencolok mata dan menghiasi langit.
"MINNA-SAN, DENGAN INI, PERTUNJUKAN KEMBANG API KITA MULAI ...!!!" wanita di panggung berteriak riuh.
Selepas koar-koar itu pun, kembang api yang barusan meletus, disusul lagi oleh cahaya-cahaya lain yang turut naik ke angkasa. Dengan warna-warnanya yang beragam, serangkaian kembang api tersebut sukses mendekor nuansa langit malam dengan begitu apiknya.
Pengunjung yang tadinya sunyi, pun kini mulai menunjukkan raut takjub dan semuanya bersorak kegirangan. Rasa terpesona mereka tak dapat terelakkan lagi. Hampir semuanya mendongak ke atas disertai senyuman kagum.
Anak-anak yang tadinya bosan dan merengek minta pulang, sekarang justru berteriak riang bersama teman-teman sebayanya.
Dalam kesempatan yang baik ini, banyak keluarga besar sengaja berkumpul, menggelar karpet piknik di kawasan rerumputan yang ramai akan pohon sakura yang tak lagi rindang. Selain itu, para pasangan juga banyak yang hadir untuk mempererat hubungan mereka. Mereka bergandengan tangan dengan mesranya, seakan tidak ada hari esok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happiness is the Best Healer
Teen FictionTak peduli siapapun dirimu, di manapun kau berada, dan apapun yang kau lakukan untuk menjalani hidup, kau pasti akan menemukan kebahagiaan. Hal yang disebut-sebut tak dapat dibeli oleh uang ini, mereka datang dengan beribu-ribu cara, bahkan termasuk...