Garou menoleh ke belakang dengan alis yang sedikit mengerut. Sosok seorang gadis berdiri di sana, rambut pirangnya tergerai, wajahnya datar tanpa ekspresi. Garou sempat bertanya-tanya siapa dia, hingga akhirnya ia membuka mulut.
"Kamu nanya?"
Gadis itu tetap diam, hanya menatap Garou tanpa memberikan jawaban. Setelah beberapa detik, ia mulai berjalan, melewati Garou begitu saja. Langkahnya ringan, seolah keberadaannya tidak ingin meninggalkan jejak.
"Tidak," jawabnya singkat saat melangkah melewati Garou.
Garou hanya mengawasi dari sudut matanya. Ada sesuatu yang aneh dari gadis ini, tapi ia tidak ingin ambil pusing. Ia kembali menatap aliran air di hadapannya, membiarkan pikirannya tenggelam dalam ketenangan. Namun, langkah gadis itu kembali terhenti setelah beberapa meter melewatinya.
"Teknik yang bagus. Aku suka itu."
Garou menoleh sekilas, sedikit memiringkan kepalanya.
"Memangnya siapa dia?" pikirnya.
"Oh, begitu?" Garou mendengus pelan. "Sayangnya aku tidak peduli."
Ia mengalihkan pandangannya kembali ke air yang mengalir. Percakapan ini tidak menarik minatnya. Namun, gadis itu masih berdiri di sana, seolah ada sesuatu yang ingin ia katakan.
"Suatu saat nanti, aku ingin mempelajari yang lain," lanjut gadis itu.
Garou meliriknya dari ujung matanya. Ada sedikit rasa curiga yang mulai mengendap dalam pikirannya.
"Apa maksudmu?" tanyanya tanpa mengubah posisinya.
Gadis itu akhirnya menolehkan kepalanya, menatap Garou sebentar sebelum menjawab.
"Tidak ada."
Sejenak hening, sebelum akhirnya ia melanjutkan dengan suara yang lebih ringan.
"Oh, ya. Namaku Annie. Senang bertemu denganmu."
Garis tipis menyerupai senyuman muncul di wajahnya. Namun, entah kenapa, senyum itu terasa samar—seperti ada sesuatu yang ia sembunyikan di baliknya.
Setelah itu, Annie membalikkan badan dan berjalan pergi. Garou tetap berdiri di tempatnya, matanya masih mengikuti sosok gadis itu. Ada sesuatu yang mengusik pikirannya.
"Annie?" gumamnya pelan, mencoba mengingat sesuatu. Nama itu terasa familiar.
Ingatan samar muncul dalam benaknya—sebuah percakapan yang tidak terlalu penting, tapi sempat ia dengar.
"Sepertinya komandan pirang itu pernah membicarakannya…"
Garou mengangkat wajahnya, menatap langit malam. Perlahan, potongan-potongan memori mulai bersatu.
"Siapa sebenarnya dia?"
Flashback
Di ruang bawah tanah markas Pasukan Pengintai, tiga orang tengah menunggu kedatangan komandan mereka."Hoaaaaaammm! Kita berasa lagi nunggu sembako," gumam Garou, mulai bosan setelah tiga jam menunggu tanpa kepastian. Ia sudah berganti posisi duduk berkali-kali, namun tetap saja tak nyaman.
Levi menghela napas pelan. Ia juga mulai jenuh. "Lama sekali. Si Erwin dan teman-temannya membuatku menunggu lebih lama dari polisi militer yang katanya bakal datang belakangan." Ia menyeruput tehnya perlahan.
"Mungkin dia lagi sembelit," ujar Levi datar.
Garou meliriknya. "Kenapa nggak dobrak aja toiletnya? Bilangin, 'Kau lama sekali!'" ucapnya enteng.

KAMU SEDANG MEMBACA
OMINOUS THE FUTURE
Fanfiction"Follow me Garou, your strength potential for me destruction off world" Attack on Titan: Hijime Isayama One punch man: Story by One art by Yusuke Murata