Here It Is

14 6 0
                                        

"Begitu, kau mendapatkan petunjuk dari buku itu?"

Hanji mengangguk sambil memasukkan buku itu ke dalam ranselnya. "Ya. Tapi kita harus bergerak sekarang. Aku sudah menyiapkan kereta kuda dan beberapa kuda."

Levi mengangguk, lalu mereka berjalan menuju tempat di mana Hanji memarkirkan kereta kuda.

Garou yang melihat kendaraan itu langsung tampak murung. Kenangan buruk menggelayuti pikirannya. Ia mengingat jelas bagaimana ia pernah duduk di tengah-tengah mereka dengan tidak nyaman.

"Kereta sialan ini lagi, ya?" gumam Garou lirih, nyaris seperti bisikan yang hanya didengar oleh dirinya sendiri.

Hanji tersenyum kecil, lalu menepuk pundaknya. "Tenang saja, kali ini kau tidak akan duduk di bawah lagi," ujarnya, mencoba mencairkan suasana.

Mereka pun segera menaiki kendaraan masing-masing. Hanji, Mikasa, dan Levi duduk di dalam kereta, sementara Garou memilih duduk di tepi dengan tatapan kosong. Armin mengambil alih kursi pengemudi, sedangkan Sasha, Jean, Connie, dan Moblit menunggangi kuda.

Mereka bergegas menuju gereja yang disebut Hanji.

Di tengah perjalanan, Mikasa menoleh ke arah Hanji. "Hange-san, apakah Anda tahu di mana mereka sekarang?"

Hanji mengangguk. "Aku akan jelaskan. Ini adalah laporan dari Erwin yang diberikan kepadaku, berisi hasil pengintaian prajurit di sekitar kediaman Reiss. Sebagian besar laporan ini mencatat insiden yang melibatkan keluarga Reiss lima tahun lalu."

"Lima tahun lalu?" Armin mengulang dengan nada curiga.

Hanji mengangguk. "Ya, saat Wall Maria ditembus. Aku akan langsung ke bagian pentingnya. Sebagai bangsawan, Rod Reiss memiliki citra baik di mata penduduk. Ia memiliki lima anak, dan putri sulungnya, Frieda, dikenal sebagai gadis yang sangat sederhana. Tapi lima tahun lalu, terjadi sebuah tragedi.

Para perampok memanfaatkan kekacauan setelah Wall Maria runtuh untuk menyerang gereja di desa tersebut. Mereka membakar dan menghancurkannya. Saat itu, seluruh anggota keluarga Reiss sedang berdoa bersama di dalam gereja itu. Sayangnya, hanya satu orang yang selamat dari kejadian itu: Rod Reiss. Semua anggota keluarganya, termasuk Frieda, dibantai habis-habisan oleh para perampok."

Armin terdiam, meresapi informasi itu.

"Itu terjadi sebelum ibu Historia dibunuh oleh Polisi Militer," lanjut Hanji. "Setelah kehilangan keluarganya, Rod Reiss mulai mendekati Historia. Ini pasti ada hubungannya dengan alasan mengapa ia dan para bawahannya begitu menginginkan Historia."

Garou, yang sejak tadi diam, kini melirik Hanji dengan ekspresi datar. "Heh, cerita yang menarik... Tapi kau sadar, kan? Cerita itu terdengar seperti karangan untuk menutupi sesuatu yang lebih besar?"

Hanji mengernyit. "Apa maksudmu?"

Garou menatap ke depan. "Mana kutahu cerita aslinya? Tapi lihat urutannya: Ibu Historia dibunuh, lalu gereja itu dihancurkan, keluarga Rod Reiss dibantai, dan tiba-tiba Rod Reiss mendekati Historia. Semua itu terlalu kebetulan. Bukankah lebih masuk akal kalau ini semua adalah pembunuhan berencana?"

Levi menatap Garou dengan tajam.

"Jadi, kau mencurigai Rod Reiss sebagai dalang di balik semua ini?"

Garou mengangkat bahu. "Mungkin. Tapi lebih tepatnya, aku curiga ada seseorang di balik penghancuran gereja itu. Kalau Rod Reiss hanya mengincar harta dan kekuasaan, kenapa ia tidak membunuh seluruh keluarganya sendiri? Dan yang lebih mencurigakan, kenapa hanya dia yang selamat?"

Hanji terdiam. Ia mulai mempertimbangkan kemungkinan baru dari sudut pandang Garou.

"Kau tahu apa yang paling mencurigakan?" lanjut Garou. "Tidak ada satu pun informasi detail tentang anak-anak Rod Reiss setelah kejadian itu."

 OMINOUS THE FUTURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang