Water Stream (2)

46 9 0
                                    

Haaaaaaaa!

Hyaaaaaaa!

Graaaaaaa!

Suara yang terus menggema di tengah malam, membuat para anggota yang tengah tertidur mulai terbangun. Sang kapten hanya memperhatikan apa yang Eren dan Garou lakukan.

Sontak Mikasa, Armin dan yang lainnya mulai terbangun, mereka merasa terganggu dengan suara yang sangat berisik. "Aaaaah sialan! Siapa si tengah malam begini teriak teriak?!" Jean sedikit mengucek matanya, ia masih sangat ngantuk untuk membuka matanya.

"Itu seperti suara Eren." Gumam Christa di tengah kesadarannya. Mikasa berusaha sadar, ia mencoba mendengarkan suara itu. Tepat itu memang suara Eren.

Ia berusaha berjalan keluar kamar. Saat membuka pintu ia melihat Armin, Jean Reiner, Connie dan Berthold tengah menatap keluar jendela, Mikasa menghampiri. "Armin."

Ia menatap keluar jendela, ia sedikit terkejut melihat Eren yang tengah berusaha memukul Garou. "Apa yang Eren dan Garou lakukan?" Tanya Mikasa. Armin yang baru sadar dengan kedatangan Mikasa, menatapnya.

"Seperti nya dia tengah berlatih dengan Garou. Sebelumnya dia bilang, ingin berlatih seni bela diri." Mikasa hanya menatap sekilas Armin, pandangannya hanya berfokus kepada Eren.

Eren berusaha memukul Garou, tapi serangan Eren terlalu banyak memakai emosi daripada kejeniusan bertarung. Garou hanya menghindar ke kanan dan ke kiri. Tidak ada gerakan special dari Eren, karena sudah jenuh dengan serangan Eren.

Garou menangkap tangan Eren, tangan kirinya memukul 3 kali perut Eren.

BUAGH! BUAGH! BUAGH!

"UHUK!" Eren sedikit berjalan mundur, ia memegangi perutnya. Rasa nyeri yang menjalar ke seluruh tubuhnya, membuatnya harus bertekuk lutut.

"Gunakanlah otakmu, bukan hanya pukulan yang kuat, tapi di saat yang sama kau harus memikirkan bagaimana cara menjatuhkan lawanmu." Eren berusaha mengatur nafasnya, ia harus menahan rasa sakit nya. Ralat harus menikmati rasa sakitnya.

"Berbicara memang mudah." Garou hanya terkekeh kecil. "Makanya pakai upil yang kau anggap otak itu." Eren tersenyum menantang, ia mulai tertantang dengan Garou. Ia bertekad harus melancarkan paling tidak satu pukulan saja.

"Lihat saja, aku akan menghajar wajahmu itu!" Garou mengepalkan tangannya. "Coba saja kalau bisa!" Garou mengangkat jari tengahnya, ia terima tantangan Eren.

Eren bangkit dari duduknya, ia merenggangkan semua tubuhnya. Ia sedikit loncat kecil membuat sendi di tubuhnya sedikit melemah agar tidak terlalu kaku. Eren memasang kuda-kuda nya.

"Baiklah, akan ku hajar wajahmu itu!" Ujar Eren. Dengan sigap Eren berlari ke arah Garou. Garou membentangkan tangannya, menyambut serangan Eren. "Kemarihlah!"

Eren memukul Garou menggunakan tangan kanan nya, Garou menatap tinju Eren.

Bugh! Eren memukul pipi kiri Garou.

BUAGH!

Garou langsung membalas serangan Eren dua kali lipat. Akibatnya Eren terpental hingga jatuh ke tanah. Teman teman Eren terkejut, serangan yang begitu cepat membuat mereka tersentak kaget. "EREN!"

Mikasa langsung berlari keluar markas. Ia berlari menuju Eren yang tengah berusaha mendudukkan tubuhnya. "Eren kau baik baik saja?" Mikasa nampak khawatir, luka lebam yang ada di pipi Eren sangat jelas terlihat. "Aaaa, aku baik baik saja." Eren mengusap pipinya.

 OMINOUS THE FUTURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang