Smoke Sign

24 6 0
                                    

Levi tengah bersiap, ia harus ke pusat kota untuk bertemu dengan Erwin. "Kau sudah siap?" Tanya Levi kepada Garou yang cuma melamun di atas kursi. "Kenapa aku tidak ikut Armin, Jean dan Sasha untuk berbelanja?"

"Memangnya orang seperti mu bisa dipercaya untuk melakukan hal tersebut?" Garou berdecak, padahal Garou itu anak baik baik, tidak mungkin melakukan kejahatan. "Lagian kenapa pagi pagi buta seperti ini berangkat nya?"

"Tidak apa apa, karena nanti siangan, aku mau tempat ini sudah bersih dari debu dan kotoran. Yauda ayo berangkat." Garou menguap, dengan malasnya ia mengikuti Levi. Padahal yang ingin sekali ikut berbelanja bersama Armin.

⬇️

Matahari mulai meninggi, para anggota Squad Levi tengah melakukan pekerjaan apa yang Levi suruh. Jean, Armin dan Sasha masuk setelah mereka pergi berbelanja untuk persediaan beberapa hari. "Hei kalian! Sebelum masuk kalian sudah membersihkan kaki kalian belum?!"

Jean menatap heran Eren, tidak biasanya Eren cerewet seperti ini tentang kebersihan. "Hahh? Nggak lah." Ucap Jean dengan santainya. "Kau lihat sendiri barang bawaanku berat begini." Jean menaruh setengah karung gandum di atas meja. "Kau pikir, Levi-Heichou akan menerima alasan sepele begitu? Tadi pagi pun aku juga membereskan tempat tidur mu." Jean kesal, baru pulang setelah membawa banyak barang berat seperti ini malah di omelin. "Berisik tahu! Memangnya kau itu ibuku?!"

Mikasa dan Historia masuk membawa kayu bakar yang telah di potong. "Aku pulang." Ucap Mikasa singkat. Armin menghampiri nya, ia terlihat bingung dengan Mikasa. "Heh? Kamu memotong kayunya?" Armin terlihat khawatir dengan Mikasa. "Kalau tidak gerak, tubuhku jadi tumpul." Ucap Mikasa yang hanya melirik Armin.

"Tubuhmu habis di remuk oleh Titan, kamu belum boleh bergerak." Eren sedikit mendekati telinga Armin, ia menatap Mikasa sama herannya. Tapi Mikasa berlenggang masuk aja. "Meski ngotot pun takkan di dengar, bahkan tadi dia melakukan Sit-up." Jean emosi, Eren berani beraninya melihat Mikasa di kamarnya. "Hei! Kenapa kau mengintipnya?!" Akhirnya terjadi keributan Eren dan Jean.

Armin menghampiri Mikasa, seharusnya Mikasa ngerti dengan kondisi fisiknya. "Mikasa! Kamu itu bukan binatang." Sasha mengeluarkan bahan makanan yang baru saja di beli. Dari wajahnya ia seperti bernostalgia. "Rasanya seperti..... Kembali ke masa masa pelatihan dulu." Armin yang berada di belakangnya terlihat sedikit sendu. "Ya, tapi kenapa kita yang di pilih menjadi anggota tim Levi yang baru? Melindungi Eren dan Historia adalah misi yang paling penting."

"Bukankah karena kita memang lebih unggul?" Sasha dengan sangat cepat, memasukkan satu kentang ke dalam tasnya. Armin menyadari itu, ia hampir bingung dengan kelakuan Sasha. "Sasha yang tadi kamu masukkan ke tas itu apa?"

"Intinya bukan roti." Ucap Sasha datar.

"Hei kembalikan itu." Ucap Connie, Jean dan Eren menghampiri Sasha. Historia menatap mereka satu persatu, ia seperti mencari seseorang. "Dari tadi pagi, aku tidak melihatnya." Seseorang masuk begitu saja, seketika keributan kecil pun mereda.

"Ada ribut ribut apa?" Levi mengelap bagian bawah meja, tangannya yang sebelumnya bersih sekarang menempel bekas debu. "Waktu yang ku berikan harusnya sudah cukup, tapi .... Ya sudahlah, kita bahas masalah bersih bersih yang kalian sepelekan. Eren, eksperimen Hanji sudah menunggu mu lho!"

"Baik!"

⬇️

GRAAAAA!

Eren mulai bertranformasi ke bentuk Titannya. Tapi ada yang aneh. "Eren!"

"Ada apa Eren? Cepat berdiri! Hari esok umat manusia di pertaruhkan olehmu! Ayo berdiri!" Teriak Hanji dari atas tebing. Levi hanya menatap datar Titan Eren. "Kacamata. Kali ini kondisinya aneh. Tingginya tak sampai 10 meter, beberapa bagian tubuhnya juga tak sempurna. Lalu bokongnya Eren keliatan sampai begitu."

 OMINOUS THE FUTURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang