Soldier

29 9 1
                                        

Penyelamatan Kadet 104 di Kastil Utgard berjalan sesuai rencana. Meskipun ada beberapa korban, setidaknya para anggota baru telah berhasil diselamatkan.

Kini, mereka berada di Tembok Rose. Langit mulai menggelap, awan hitam menggantung rendah, membawa serta aroma hujan yang semakin pekat. Di atas dinding, para prajurit berjaga dengan waspada. Jika ada Titan abnormal yang muncul, mereka harus siap bertindak.

"Pelan-pelan! Hati-hati saat mengangkatnya!" suara seseorang memecah kesunyian.

Tandu yang membawa Ymir perlahan diangkat ke atas dinding. Luka yang dideritanya begitu parah. Eren berdiri di dekatnya, menatap wajah Ymir yang pucat.

"Bagaimana kondisinya?" gumamnya pelan.

"Tangan kanan dan kakinya digigit hingga putus… Organ dalamnya hancur seperti telur kocok," seseorang menjelaskan dengan nada serius. "Kalau orang biasa, pasti sudah mati."

Eren menghela napas, menatap Ymir yang terbaring tak sadarkan diri. "Orang biasa, ya?"

Matanya menyapu sekeliling, mencari seseorang yang belum naik. Ia melihat sepasang tangan kekar berusaha mencapai tepian dinding.

"Reiner!" Eren langsung bergerak, mengulurkan tangannya. "Pegangan!"

Reiner menatapnya sejenak sebelum meraih tangannya. Dengan sekuat tenaga, Eren menariknya ke atas.

Begitu Reiner berhasil naik, suara Historia terdengar lantang. Matanya menatap penuh keyakinan ke arah Hanji, mencoba meyakinkan pemimpin unit penelitian itu.

"Tolong percayalah! Aku berkata jujur! Ymir berubah menjadi Titan dan bertarung melawan Titan lainnya untuk melindungi kami! Dia tidak memikirkan nyawanya sendiri, itu membuktikan kesetiaannya kepada kami, rekan-rekannya!"

Hanji mendengarkan dengan ekspresi serius.

Historia melanjutkan, suaranya penuh emosi. "Memang benar keputusannya sampai sekarang sulit dimaafkan. Dia mungkin tahu sesuatu yang bisa berguna bagi umat manusia, tapi dia memilih bungkam. Aku berpikir kalau dia diam demi melindungi dirinya sendiri... Tapi dia sudah berubah!"

Ia menarik napas dalam, lalu menatap Hanji dengan mata penuh keyakinan. "Ymir adalah sekutu umat manusia! Aku mengenalnya lebih baik daripada siapa pun! Dia lebih sederhana daripada yang terlihat!"

Setelah mendengar semua itu, Hanji hanya mengangguk, tampak mempertimbangkan penjelasan tersebut. "Begitu, ya... Tentu saja aku berharap bisa membangun kepercayaan dengannya. Terlepas dari keputusannya, informasi yang dia miliki adalah harta berharga bagi umat manusia."

Ia menoleh ke arah Historia dan memberi senyuman kecil. "Kuharap hubungan kita bisa tetap baik."

Namun, raut wajahnya sedikit mengeras. "Tapi... Meskipun dia sederhana, dunia ini semakin membingungkan setiap harinya."

Hanji kemudian berjalan menghampiri Ymir, ditemani Historia. Di tengah perjalanan, ia menolehkan kepala ke arah gadis itu.

"Kau bilang... Namamu Historia Reiss, kan?"

Historia terhenti sejenak. Wajahnya menegang, lalu perlahan menunduk. Seperti ada sesuatu yang enggan ia ungkapkan. Namun, akhirnya ia menjawab dengan suara pelan.

"Ya."

Hanji berhenti melangkah, lalu berbalik menghadapnya. Ekspresinya sulit ditebak, tapi tatapannya tajam.

"Reiss... Keluarga bangsawan itu?"

Historia mengepalkan tangannya, ragu sejenak sebelum akhirnya mengangguk. "Ya."

"Begitu..." Hanji mendekat, lalu menepuk pundak Historia dengan senyum khasnya.

"Salam kenal, Historia."

 OMINOUS THE FUTURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang