Copy Technique

43 9 0
                                    

CRATS!

"AAAAAAGH! KYAAAAA!" Mikasa dan Armin menutup mata mereka, mereka berdua merasakan kesakitan yang Eren rasakan. "Sial, lagi-lagi!?! Tidak!" Eren sedikit mundur ke bekalang, ia memegangi tangan nya yang sakit.

Ia sedikit terduduk, ia tidak tahu kenapa dia tidak bis berubah. Padahal situasi nya sudah kacau, karena dia tidak bisa berubah, malah tambah kacau. "Kenapa malah sekarang?! Sial, sakit!" Mikasa menatap Eren, ada perasaan tidak enak memaksa Eren harus berubah di kondisi yang tidak memungkinkan.

"Kalau tak ada alasan yang kuat, kau tak bisa berubah menjadi Titan? Cobalah sekali lagi, kuatkan tekadmu." Eren tidak ingin mendengarkan ucapan siapapun, ia juga tau apa yang harus di lakukan. "Sedang kucoba! Tapi...."

Eren menggigit lagi tangannya, sekarang sedikit lebih kuat. Sehingga darah semakin mengalir keluar. "AAAAAGH! AAAAAAH! HAHHHH! HAHHH!" Nafas Eren tersengal-sengal, ia tidak tahu kenapa dia tidak berubah setelah melukai dirinya.

Mikasa berjongkok, memposisikan dirinya sejajar dengan Eren. "Kamu ini cuma ragu untuk melawan Annie, kan?" Eren hanya bisa menatap Mikasa, ia tidak tahu alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan Mikasa.

Armin cukup keheranan dengan Eren, kenapa Eren hanya bengong mendengar pertanyaan Mikasa. "Eren?"

Tatapan Mikasa semakin menajam, aura dingin nya mulai Eren rasakan. "Jangan jangan kamu tak terima kalau kalau dia adalah raksasa wanita?" Mata hijau Eren bergetar, apa ia harus membenarkan perkataan Mikasa.

"Memangnya barusan apa yang kamu lihat?" Eren tidak merespon, apa benar ia harus membenarkan perkataan Mikasa?

"Wanita itu telah membunuh rekan rekanmu! Kamu masib tak mau menerimanya?" Eren memejamkan matanya, urat di sekitar matanya cukup terlihat.

"Berisik! Aku sedang berusaha!" Kembali mengigit tangan nya, ia tidak tahu apa yang sedang membuat tekadnya kacau. Ia harus tetap fokus menjalankan misinya.

"Eren setelah kau tahu kalau Annie tersangka nya, apa yang muncul di pikiranmu?" Perkataan Mikasa malam itu, kembali teringat. Nafas Eren mulai tersengal sengal, ia tidak tahu atau tidak peduli semuanya hanya Eren yang tahu.

"Kamu tahu kan? Raksasa..... Wanita itu.... Adalah Annie!" Mikasa sedikit menyudutkan Eren, ia harus meyakinin Eren agar mau menghajar Annie sekali lagi. Eren membulatkan matanya, ia sedikit tidak percaya kalau Annie memang sang Titan wanita itu, meskipun dia menyangkal kebenaran nya, tapi faktanya sudah di depan matanya dan ia sendiri melihat jelas.

"Kalau begitu, kenapa kau tak melawannya? Atau mungkin, ada perasaan lain yang menahanmu?" Mata obsidian Mikasa semakin menajam, walaupun begitu terlihat jelas kalau matanya bergetar karena merasakan perasaan lain yang Eren rasakan.

Armin merasakan hawa tidak mengenakkan dari 2 sahabatnya, ia tidak ingin terjadi keributan tidak jelas di antara mereka. Ia mencabut pedangnya, ia memberikan instruksi. "Aku punya rencana, aku dan Mikasa akan keluar dari lubang dan gerbang itu secara bersamaan. Annie akan mengikuti salah satu dari kita." Armin memakai kupluk mantelnya. "Itu akan memberi Eren peluang untuk kabur ke arah lain."

Armin berlari ke arah gerbang. "Tunggu! Kalau begitu, salah satu dari kalian ada yang mati!" Armin berbalik menghadap Eren, memang itu kemungkinan nya. "Kalau kita tetap disini, kita bertiga akan terinjak dan mati. Mikasa! Bersiaplah!" Mikasa telah memakai mantel Eren, ia sudah bersiap mengambil resiko apapun demi keselamatan Eren. "Baik! Aku akan kesana!" Mikasa dan Armin berlari ke arah yang berlawanan.

"MIKASA!!!! ARMIN!!!" Kenapa, KENAPA KALIAN MASIH BISA BERTARUNG!? KENAPA?!" Mikasa sedikit berhenti mendengar teriakan Eren, apa mungkin Eren belum sadar. "Apa boleh buat, Sekai wa zangkokku nanda kara." Ia memakai mantel kupluknya, ia bermanuver keluar.

 OMINOUS THE FUTURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang