"Hei, tunggu!"
Historia berlari mengejar anak-anak yang telah kehilangan keluarga mereka. Gerakannya cepat dan penuh perhatian, seolah ia adalah seorang kakak pengganti bagi mereka.
Eren, Armin, dan Jean hanya memperhatikan dari kejauhan. Ada sesuatu yang terasa berbeda dalam cara Historia bertindak.
"Rasanya..." Eren menggantungkan kalimatnya, matanya tetap tertuju pada Historia.
Armin mengangguk pelan. "Berbeda sekali dari sosok ratu yang kubayangkan, ya."
Jean menyilangkan tangan di dadanya, masih heran dengan sifat Historia. "Baru dua bulan lalu dia memakai mahkota raja, sekarang dia lebih mirip kepala panti asuhan."
Namun, Armin punya sudut pandang lain. "Apa kalian tahu sebutannya di kalangan masyarakat? 'Dewi Penggembala Sapi'. Tentu saja, itu sebutan penuh kasih sayang."
Jean mendecakkan lidahnya. "Akhirnya dia disebut sebagai dewi juga, ya? Dengan begini, tak ada yang ingat dengan orang yang menutup Distrik Trost, Lo! Woi!"
Jean melirik orang di sebelah Armin, namun yang dipanggil tak merespons.
Eren menghela napas. "Salah satu alasan Historia memutuskan menjadi seorang ratu adalah untuk melakukan hal ini-memeriksa dari ujung tembok ke tembok lainnya, mengumpulkan anak-anak yatim piatu, lalu merawat mereka. Kapten juga berasal dari bawah tanah, jadi dia sangat mendukung rencana ini. Jika ada orang yang kesulitan, Historia akan mendatanginya, di mana pun mereka berada. Itulah sebabnya Kapten menugaskan Garou untuk menyelidiki setiap dinding. Dia bisa bergerak sangat cepat, sehingga informasi bisa sampai ke Historia dengan segera."
Seolah namanya dipanggil, Garou muncul dengan langkah sempoyongan. Mata hitamnya menandakan kelelahan yang luar biasa. Armin dan Jean secara refleks merasa kasihan.
Sejak Historia menjadi ratu, ia tak pernah berhenti merengek agar Garou menemani dan membantunya.
Jean mengangkat alis. "Bukankah kau sedang dalam misi ke barat dinding?"
Garou hanya menatap Jean dengan mata kosong, sama sekali tak berniat menjawab. Dengan malas, ia mendekati Armin.
"Aku malas... Lagipula, hari sudah mulai gelap. Besok saja."
Tanpa peringatan, Garou langsung menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan Armin.
Jean membelalakkan mata, Eren secara refleks melangkah menjauh. "G-Garou??"
Namun, alih-alih merespons normal, Garou malah mulai menggerayangi Armin dengan ekspresi puas. "Armin, kau sangat lembut... bahkan aromamu sangat wangi... Armin! ArMIN! ARMI-"
Toeng!
Jean langsung meninju kepala Garou sebelum ia semakin menjadi-jadi. "OI, JANGAN LEPAS KENDALI, BRENGSEK!"
Benjolan kecil muncul di kepala Garou, membuatnya menatap Jean dengan tatapan memelas. "Aku takut kau oleng." ujar Jean dengan nada sedikit mengejek.
Garou hanya mengerucutkan bibirnya, kemudian membalas dengan nada tak terlalu peduli. "Oleng? Aku takut kau yang oleng, Jean."
Namun sebelum mereka bisa melanjutkan, Historia berlari mendekat dengan ekspresi cemas. "Kalian bermalas-malasan lagi! Matahari sudah hampir terbenam! Dan kau, Garou, kenapa belum menyelesaikan tugasmu?"
Garou langsung merebahkan tubuhnya di atas rumput yang halus, melipat tangan di belakang kepala. "Ah malas, besok saja. Sekarang waktunya istirahat."
Historia terdiam sejenak, wajahnya mulai memerah menahan kesal. Tanpa sepatah kata pun, ia berlari ke arah sebuah batu besar di dekat mereka, lalu kembali dengan membawa batu yang sangat besar. Garou hanya mendengus, "Ah, malas..."

KAMU SEDANG MEMBACA
OMINOUS THE FUTURE
Fiksi Penggemar"Follow me Garou, your strength potential for me destruction off world" Attack on Titan: Hijime Isayama One punch man: Story by One art by Yusuke Murata