Setelah mengesap teh hangat kesukaannya, sang kapten membuka suara, nadanya tenang tapi membawa beban berat di dalamnya. "Jadi, bagaimana rencana Erwin selanjutnya?" Suara Levi pelan, namun cukup untuk membuat ruangan itu kembali sunyi.
Eld mengangguk perlahan, lalu mulai menjelaskan dengan nada serius. "Setelah penutupan di Distrik Trost, kita kehilangan banyak sekali lulusan kadet baru... Entahlah, mungkin karena itu kali pertama mereka benar-benar bertarung melawan Titan secara langsung." Ia berhenti sejenak, menarik napas panjang seakan membuang segala emosi yang tertahan.
"Tapi... meskipun begitu, operasi penutupan Trost berjalan sesuai rencana... meski sempat terjadi kekacauan... terutama saat Eren lepas kendali." Tatapan Eld mengarah pada Eren, menelisik seolah ingin membaca pikirannya.
Semua terdiam sesaat, sebelum Eld melanjutkan dengan suara lebih berat, "Aku juga mendapat kabar... rencana Erwin berikutnya adalah membawa serta para kadet lulusan baru yang selamat di Trost." Ia mendengus pelan, matanya menajam. "Memang... terdengar seperti keputusan yang egois. Mereka bahkan nyaris belum mengenal medan... aku hanya takut mereka bertindak gegabah... menyerang Titan karena dorongan emosional."
Suara Eld menguat, seolah ingin memastikan semua mendengarnya. "Tapi, kurasa mereka cukup pintar untuk tidak melakukan hal sebodoh itu. Walaupun pengalaman bertarung mereka... bisa dibilang masih nihil, setidaknya... mereka masih punya otak untuk berpikir."
Mata Eld kembali beralih, menatap lurus ke arah Eren. "Terutama kau, Eren... aku sendiri tak menyangka kau bisa berubah menjadi Titan." Napasnya berat, seolah ada ketakutan yang disembunyikan di balik ketegasannya. "Aku tak tahu kenapa, atau bagaimana... tapi satu hal yang pasti... gunakan kekuatanmu itu sebaik mungkin. Jangan sampai... orang-orang di luar sana menganggap mu penghianat."
Eren menunduk dalam diam, kedua tangannya mengepal erat di atas pahanya. Tatapannya kosong, seakan pertanyaan itu juga bergema di kepalanya sendiri. 'Kenapa aku bisa berubah?'
Petra ikut bersuara, nadanya lembut tapi mengandung kekhawatiran. "Aku masih bingung... kenapa saat itu kau tiba-tiba berubah jadi Titan... walaupun cuma tanganmu yang muncul... tapi tetap saja, itu bisa menimbulkan kecurigaan... terutama dari Polisi Militer." Wajah Petra tampak serius, matanya menatap Eren dalam-dalam.
Gunther menimpali, "Yang membuatku makin penasaran... gimana cara kau bisa berubah jadi Titan? Aku sendiri nggak tahu... dan kalau kau pun nggak tahu, ya... nggak apa-apa, sih." Gunther berusaha terdengar santai, tapi nada suaranya mengkhianati rasa penasarannya yang mendalam.
Eren mengangkat kepalanya, menatap mereka satu per satu, seolah sedang mencari jawaban di wajah orang-orang di sekitarnya. "Aku... aku juga nggak tahu..." gumamnya lirih.
Tangannya terangkat perlahan, seolah tanpa sadar ingin memperagakan sesuatu, "Tapi... seingatku... waktu itu... aku menggigit tanganku sepe-"
Eren terhenti di tengah kalimatnya. Kesadarannya kembali. Ia buru-buru menurunkan tangannya, wajahnya tampak pucat. Napasnya tercekat, menyadari betapa bodohnya hampir memperagakan sesuatu yang seharusnya ia rahasiakan.
Semua menatap Eren dengan waspada. Garou yang sejak tadi duduk diam, mengalihkan pandangannya dari Eren, tatapannya kosong seolah sudah membaca sesuatu yang lebih dalam dari semua yang baru saja terucap.
Levi memicingkan mata, dingin dan tajam, sebelum berkata dengan nada datar namun menekan. "Jangan pernah lakukan itu lagi di depan kami... kalau kau tidak ingin aku sendiri yang menghabisimu sebelum Titan melakukannya."
"Kenapa aku bisa tahu dengan cara berubah menjadi Titan." Batin Eren bergumam.
Garou yang sejak tadi hanya duduk malas sambil memutar-mutar cangkir tehnya, akhirnya mendesah panjang, bosan. Dengan nada santai tapi terdengar sinis, ia buka suara. "Hah... dari tadi Titan... Titan... Titan... Memangnya makhluk apa itu? Sebegitu menyebalkannya kah mereka?"

KAMU SEDANG MEMBACA
OMINOUS THE FUTURE
Fanfic"Follow me Garou, your strength potential for me destruction off world" Attack on Titan: Hijime Isayama One punch man: Story by One art by Yusuke Murata