Jeffrey memasukkan sandi apartment nya saat jam baru menunjukkan pukul 7 malam. Ia memang sengaja untuk pulang lebih awal, hal ini terjadi sejak berita kehamilan istrinya. Jeffrey menjadi jarang untuk berlembur dikantornya sendiri.
"Kau sudah pulang jeff?" tanya lalice yang baru saja datang dari arah dapur lengkap dengan celemek ditubuhnya
Melihat itu jeffrey membelalakkan matanya dan dengan cepat berlari kearah istrinya itu
"Bukankah sudah kubilang untuk tidak kedapur wifey, ohh god kau sungguh keras kepala" geram jeffrey yang dengan telaten melepaskan celemek dari tubuh istrinya
"Hehe tadinya aku ingin membuat pasta-.."
"Apa aku sudah jatuh miskin huh?? Kau bisa membeli pasta dari restoran mana saja jika kau mau tapi jangan coba-coba untuk kedapur. Kau tidak tahu betapa bahaya nya didapur" ucap jeffrey panjang lebar
Sedangkan lisa sudah berbalik badan dan merotasikan bola mata nya malas. Jeffrey dengan segala sifat possesif nya itu sangat menyebalkan, pikir lisa.
"Heyy wifey, kau mendengarku bukan?" tanya jeffrey membuntuti tubuh istrinya
"aishh jeff, diamlah" kesal lisa
Dan jeffrey pun langsung terdiam. Satu lagi, semenjak hamil lisa memang lebih sensitive dan juga lebih mudah terpancing emosi. Jika hal ini terjadi jeffrey hanya bisa mengalah karena emosi ibu hamil tidak begitu bagus.
"Wifey, kau percaya jika baby bisa merasakan apa yang kau rasakan hmm?" ucap jeffrey yang sudah memeluk istrinya dari belakang. Tubuh lisa sedang hamil memang menciptakan sisi sexy tersendiri untuk jeffrey terlebih lagi kini usia kandungan lisa menginjak tujuh bulan membuat tubuhnya lebih berisi.
Sedangkan lisa hanya diam, tak berniat menjawab apapun yang diucapkan suaminya itu.
"Kau terus memanggilku dengan sebutan 'jeff' or 'jeffrey' bagaimana jika baby mendengarnya? Bukankah itu tidak baik honey?"
Lagi dan lagi jeffrey tidak mendengar apapun yang keluar dari mulut istrinya itu. Tapi ia dapat merasakan getaran kecil dari bahu lisa. Dan benar saja saat ia membalikkan tubuh istrinya lisa sudah menangis tersedu-sedu. Jeffrey mengehela nafasnya karena sudah mengira hal ini akan terjadi.
"I'am sorry wifey, aku berbicara terlalu keras padamu" ucap jeffrey sambil mengelus kepala istrinya
"Aku yang seharusnya minta maaf husband" isak lisa dipelukan suaminya itu
"Sstt sudahlah, apa kau masih ingin pasta? aku bisa membuatkannya"
Lisa menggeleng, "Sekarang aku ingin pizza"
"Fine, aku bisa membuatnya. Tunggu sebentar"
Jeffrey sudah hendak berjalan namun tangannya ditahan oleh lisa, "aku tidak ingin pizza buatanmu husband"
"Ahh baiklah kita keluar kerestoran pizza" jawab jeffrey dan lisa mengangguk senang
Jeffrey mengiringi istrinya yang lebih dulu memasuki kamar mereka. Ia akan mandi lebih dulu karena ia yakin lisa pasti sudah mandi.
Tak berapa lama kemudian, jeffrey keluar dari kamar mandi dengan rambut basah dan tubuh toples nya. Ia hanya memakai celana pendek karena ia pikir mereka keluar tak akan lama
"Wifey...?" jeffrey dibuat speechles dengan pemandangan didepannya
"Yaa..?"
"Kau mau kemana?" tanya jeffrey
Lisa mengerenyit, "apa maksud pertanyaanmu husband? Kita akan kerestoran pizza bukan?"
Jeffrey mengangguk, "Yya-ya, tapi untuk apa dua koper ini? Kita hanya akan kerestoran pizza didekat sini wifey" tanya jeffrey menunjuk dua koper didepannya
"aku tidak mengatakan jika ingin kerestoran pizza didekat sini"
"lalu??"
"aku ingin ke casamanco" cengir lisa
"Whattt??"
Jeffrey jelas membelalakkan matanya, niat hatinya ingin mengajak lisa ke restoran pizza dekat apartment tapi sepertinya pemikiran jeffrey dan lisa berbeda jauh
"Wifey, kau tahu bukan casamanco itu dimana?" tanya jeffrey jelas dengan raut wajah yang menahan amarah
"Yeah, I know. Di italia"
"Jadi bisakah kalau kita hanya makan pizza direstoran dekat apart saja? Ini sudah jam 9 malam wifey" ucap jeffrey memberi pengertian kepada sang istri
"Apa kau sudah bangkrut husband sehingga jet pribadimu harus kau jual?"
Bukan, itu bukanlah pertanyaan, orang bodoh pun tahu jika itu adalah kalimat sindiran
"..aku bisa pergi sendiri jika kau tak mau menuruti ku" ucap lisa langsung mengambil handphonenya berniat menghubungi seseorang
Jeffrey hendak menghentikan pergerakan lisa namun mata lisa lebih dulu menatap tajam suaminya itu
"Haii jeon, bisakah kau mengantarkanku ke italia?"
"..."
"yaa malam ini"
"..."
"okey aku akan.."
Ucapan lisa terhenti karena jeffrey sudah lebih dulu merebut handphone istrinya itu. Dapat lisa tangkap wajah merah padam dengan rahang yang mengeras, lisa tau jeffrey sedang menahan amarahnya.
Tak mengucapkan apapun, kini jeffrey beralih pada ponselnya "Siapkan pesawat dengan tujuan italia, setengah jam lagi harus sudah siap" ucap jeffrey kemudian langsung mematikan ponselnya
"ahh you're the best husband ever. I love you husband" ucap lisa yang langsung memeluk jeffrey
Seketika jeffrey terdiam, apa tadi? Lisa mengatakan jika dia mencintai jeffrey? Jeffrey tidak salah dengar bukan
"Really? Kau tidak berbohong?"
"Untuk apa aku berbohong, aku memang mencintaimu"
"Sejak kapan?"
"I don't know"
"tapi kau tak pernah membalas jika aku mengucapkan itu"
"Aku sengaja"
Jeffrey membawa lisa kedalam pelukannya, ia bahagia karena perasaannya selama ini sudah terbalaskan oleh istrinya itu. Jadi apapun yang istrinya inginkan ia pasti akan menurutinya.
Menghabiskan waktu kurang lebih enam jam diatas awan akhirnya mereka telah tiba di italia tepat pukul 4 pagi. Lalisa yang masih terlelap pun terpaksa harus digendong oleh jeffrey menuju penginapan, mungkin sedikit siang mereka bisa datang kerestoran untuk memenuhi keinginan baby J.
Panggilan baby J sendiri lisa buat saat kehamilannya genap berusia tiga bulan, ia yang selalu bingung untuk memanggil anak dalam kandungannya akhirnya memutuskan untuk memanggil baby J.
By the way, usia kandungan lalice sudah memasuki usia tujuh bulan. Bobot tubuhnya pun sudah naik sampai sepuluh kilo sekarang, tapi itu tak menjadi masalah untuk lisa.
Bersambung...
Jangan lupa vote dan komen gaess^^

KAMU SEDANG MEMBACA
The Wedding
Fiksi Penggemar"lalu sekarang bagaimana?..." "just follow the flow lice. Aku.." . . #Jaehyun #Lalisa