Kalau Changbin masih berusaha berkutat dengan kuasnya semenjak datang kesini, Han melakukan hal yang lain. Ia tidak ingin membuang waktu liburannya untuk melukis, ia bisa melakukannya nanti. Ketika ia mau.
"Masukin sayurnya nanti, soalnya sayur cepet mateng yang." ujar Lino ketika Han sudah siap memasukkan beberapa sayur ke dalam rebusan kuah yang berisi potongan ayam. Hari ini tema masakannya hanya sop ayam.
"Oh, iya? Pantes Mama kalo di rumah sering nyuruh gue duduk diem aja nonton TV. Soalnya gini aja gue gak ngerti." ia cemberut kemudian duduk di kursi pada meja makan, menanti kapan Lino akan memberikan aba-aba.
"Gatau itu bukan sesuatu yang harus lo pikir banget. Namanya aja orang belajar, nah, sekarang lo udah tahu kan?"
Ini yang membuat Han selalu jatuh cinta sama pacarnya, ia bukan Mamanya yang ngomel karena tidak mengerti basic masak, atau abangnya yang selalu menyindir 'Hah, lo? Masak? Masak aer kali.' dengan nada bercanda.
Iya sih, bercanda. Tapi kadang Han jadi menciut merasa tidak berguna, malah ia berakhir menjadi si ahli perasa setiap orang rumah memasak.
Lino dulu juga pernah begitu, kok. Namun ia sering melihat Han merenung setiap semua orang rumah dengan bercanda mengatakan kemampuan memasak Han nol. Makanya sekarang ia ingin lebih memperhatikan Han dengan baik.
Han sendiri sering tidak percaya kalau bisa berpacaran dengan Lino. Katanya, pasangan kita adalah bentuk pelengkap dari kekurangan kita. Jadi, ia sering sekali berpikir bahwa pacarnya yang pintar masak ini adalah takdir pelengkap dirinya yang kurang. Menjadi sesuatu yang lebih.
"Sini, masukin tuh." pinta Lino, kalau biasanya semua akan diambil alih Mamanya saat Han sudah gagal tahap pertama, Lino malah akan tetap membimbing Han sampai ia melakukannya sendiri.
Masak itu terus berlanjut sampai selesai, Lino bahkan senang hati memuji Han. Terkadang memberinya masukan kalau kurang garam. Dengan trivia-trivia kecil seputar masak yang bikin Han semangat.
"Tau gak? Orang masak tuh, makanannya bakal gak enak kalo si tukang masaknya ragu-ragu." Lino menuangkan sop pada mangkuk kecil, "Seenggaknya, waktu lo masukin bumbu ke masakan lo, ya lo harus yakin takarannya."
"Berarti kalo masak harus yakin, ya." yang menyahut bukan Han, melainkan sosok anak laki-laki yang sedang mengunyah tempe goreng di meja makan dengan muka penuh penasaran.
Kedua laki-laki yang tadi sedang asyik mengobrol tiba-tiba terhenti.
"Main comot aja lo, kecil." ketus Han, kemudian menyomot tempe yang masih setengah itu dari tangan Felix untuk dimakan.
"HIH." dengus Felix melihat kelakuan Han.
Hubungan Han dan Felix yang dulu canggung sekarang sudah lebih dekat, semua ini karena kejadian kulit ayam goreng yang Felix beri kepadanya waktu di Rumah Sakit.
YOU ARE READING
Palette [Changlix]
Fanfiction"You're my color and I'm your masterpiece." Perihal Changbin kepada lukisannya dan belajar menjadi diri sendiri melalui laki-laki yang ia temui bernama Felix. Genre: bxb, slice of life, fluff, comedy, romance, and drama.