Di tengah teriknya desa ini, Changbin masih celingak-celinguk mencari adanya seseorang. Barangkali satu taksi saja. Atau bus, paling tidak ojek gitu.
Tapi satu orang pun tidak ia temukan di sini.
Dengan lesu ia duduk di kopernya sebagai alas, mencoba cek lagi kertas yang ia genggam. Barangkali di alamat yang Lino beri ada nomor telepon yang bisa dihubungi.
Agar menjemputnya tentu saja.
"Anjir bukannya refreshing dengan liburan di sini, gue bisa-bisa tambah gila.... Gue gak dikasih nomer!?" Changbin meremat kertas itu lalu membuangnya karena naas, nomor telepon pun tidak ada di sana.
Ia terdiam, namun kembali mengambil kertas itu dan dirapihkan kembali.
Kertas ini kalo gue buang makin jadi gelandangan gue.... Batin Changbin sebal, matanya bergulir melihat sekeliling depan stasiun. Yang ia temukan hanya hamparan jalan panjang, bukit menjulang, serta suara rindang pohon yang terhembus angin.
1 menit
5 menit
15 menit
20 menit
Changbin mengerang pelan, badannya yang semula duduk di pinggir jalan langsung berdiri. Menyeret kopernya sembari berjalan mencari angkutan umum, matahari pun terlihat mulai tenggelam perlahan.
Rasanya alam semesta ikut menertawakan kemalangannya hari ini, tungkainya menendang kerikil kecil sepanjang jalan.
"Lino ini bawa gue ke tempat perasingan apa ya.... Gue juga bahkan ngerasa asing banget di sini.."
Matanya nendapati satu papan jalan berwarna hijau yang besar, hanya terdapat nama-nama tempat disana, namun tidak ada satupun yang sama dengan alamat yang diberikan Lino.
APA GUE DIKERJAIN?! Batinnya lagi, kesal.
Suara angin menyapa indera telinga Changbin, membuat dirinya merasa rileks sementara. Matanya bergulir lagi ke sekitar, memindai.
Tarik nafas.
Buang.
Tarik nafas lagi.
Ayo Changbin, jangan khawatir. Di saat seperti ini, gunakan otak untuk cari jalan keluar.
Ia lirik ponselnya, masih tidak ada sinyal di sana. Jaman sudah era 5G tapi di sini masih tidak ada sinyal? Wah, beneran dibuang di persaingan ya dia kayanya.
Suara traktor menginterupsi telinga pemuda ini.
Ia mencari keberadaan suara itu, sampai ada satu traktor yang terlihat sudah tua datang ke arahnya. Oh tentu saja, dengan pengemudi yang terlihat sudah lansia juga.
"Nak, Mau kemana?" seru si pengemudi traktor ramah.
Changbin usap tengkuknya kikuk, "Uh, Saya cari angkutan umum pak."
ВЫ ЧИТАЕТЕ
Palette [Changlix]
Фанфик"You're my color and I'm your masterpiece." Perihal Changbin kepada lukisannya dan belajar menjadi diri sendiri melalui laki-laki yang ia temui bernama Felix. Genre: bxb, slice of life, fluff, comedy, romance, and drama.