35. Tell me your today's today

66 17 0
                                    

"Oh, nak Changbin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Oh, nak Changbin.. sama siapa ini—eh??" Budhe Yayan muncul dari meja kasir ketika melihat Changbin lagi untuk kedua kalinya setelah beberapa saat yang lalu.

Bedanya, ia datang dengan Lino dan Han.

"Lino??"

"Hai budhe," Lino nyengir ketika mendapat sambutan dari Budhe Yayan yang pernah ia kenal sejak kecil.

"Mereka kenal?" Bisik Han di samping Changbin ketika melihat keakraban mereka.

"Kayaknya." Bisik Changbin juga.

Mata Han menyipit penuh tanya pada Changbin, "Lo juga kenal? Kok bisa?" Tanya Han penasaran lagi sembari membalas senyuman Budhe Yayan, mereka mulai diantar ke sebuah meja tepat di pinggir jendela yang memperlihatkan pemandangan pantai.

"Soalnya gue kemarin udah kesini bareng Felix sama Om Wira." Balas Changbin mengangguk menyapa Budhe Yayan.

"Om Wira?"

"Bokapnya Felix."

"Lo?! Sama bokapnya Felix!?" Han semakin menyipitkan matanya, bahkan badannya ikut menghimpit Changbin dan beberapa saat mulai tersenyum jahil.

Liat aja alisnya bahkan naik turun menggoda.

"Wow, Changbin... Gue gak ngerasa deket banget sama Felix sih, tapi gue dukung."

Untuk sesaat jantung Changbin berdetak lebih cepat dari sebelumnya, entah kenapa. Rasanya akan meledak di sela-sela kalimat yang menjuntai dari bibir Han karena mengingatkannya dengan Felix.

Changbin terdiam kemudian berpikir kalau pagi ini ia belum bertemu dengan Felix, rasanya ada yang kurang.

Terlonjak dari lamunannya, ia membalas kalimat Han dengan ketus.

"Apaan, dukung, dukung. Lo kira gue mau nyaleg?!"

"Iya lah! Gue mau dukung lo sebagai anggota timses untuk love bird yang bisa di-film-in jadi 'Cintaku Bersemi di Dusun Pertiwi'" Han mengepalkan kedua tangannya penuh harap, kalau bisa dideskripsikan secara spesifik, wajahnya berseri-seri mirip tokoh anime yang sedang berbunga-bunga.

"Ngomong apa sih lo, kocak. Dia bukan tipe gue."

"Emang naksir harus pake tipe?"

"Kayak lo gak bertipe aja."

"Setuju sih, Lino tipe gue." Han mengangguk-angguk mantap, memandangi Lino yang entah kenapa hari ini ganteng dua kali lipat dengan kaus berkerah warna putih, lalu rambut hitamnya yang mengombak terkena angin pantai. Persis iklan minuman isotonik di televisi itu.

Budhe Yayan datang dengan es campur mereka kemudian makanan khas warungnya, alias bakmi lethek. Belum lagi sea food yang diberikan secara gratis kepada mereka.

"Saya Han, Bu.. budhe?" Han ragu-ragu untuk menyapa, tapi tetap mengulurkan tangannya ramah untuk bersalaman.

"Ah, iya, iya. Han. Oke budhe bakal inget."

Palette [Changlix]Where stories live. Discover now