Tepat keesokan harinya, mereka berdua benar-benar datang untuk memastikan kondisi dinding yang akan dilakukan mural di sana. Tentu saja agar tidak bekerja dua kali dan membuang waktu saat hari H.
Changbin, Han dan Lino menatap dinding yang lumayan lebar itu sambil menelan ludah.
Lebar lima meter, tinggi dua meter.
"Lumayanlah, paling capeknya kaya mural dinding Maria*" celetuk Han memecah keheningan.
Tangan Changbin dikepal erat, mencari rasa sakit apabila ada. Sesuai dengan tekadnya kemarin akhirnya ia terus menuruti perkataan Han yang harus istirahat cukup.
"Hari ini amplas dinding dulu terus sekalian check up tangan bang Changbin, abis itu balik buat siapin besok. Gue ntar hubungi yang namanya James sama Eric buat langsung dateng kesini aja."
"Oke."
Changbin dan Han sibuk mengamplas dinding agar tidak mengganggu mereka saat mural nanti, panjang dindingnya juga lumayan sekitar lima meter.
"Tenang kalo kita pingsan besok, kita langsung masuk IGD bareng."
"Bener juga lo."
Di sekeliling beberapa anak-anak yang berada di taman memperhatikan kedua orang yang mengamplas dinding itu dengan wajah penasarannya.
Suasana rumah sakit begitu hening tapi terkadang suara anak-anak ikut menemani mereka seharian, dinding putih di bawah pohon yang rindang itu cukup buat mereka santai.
Sekitar setengah jam meratakan dinding yang kasar, Han berhenti kemudian merebahkan diri tidak peduli dengan dedaunan yang kotor di bawah.
"Gila, gue harus lebih bersyukur gambar di atas canvas." Ujar Han melebarkan tangannya merasa lelah.
"Gambar di dinding gak diamplas juga gak masalah, tapi masalahnya ini buat event jadi gue gak mau hasilnya gak maksimal." Tutur Changbin ikut duduk di sebelah Han meluruskan kakinya.
"Dasar perfeksionis."
"Daripada lu malesan."
"Berantem ayok!!!" Seru Han kemudian bangkit dari duduknya.
Lino menarik kaus Han sampai melar, melerai keduanya ribut seperti anak kecil
"Diem lu, liat tuh diliatin anak kecil." Potong Lino, keduanya melihat anak kecil di atas kursi roda memperhatikan mereka.
Changbin berdiri dari duduknya kemudian berjalan mendekati anak kecil itu, tubuhnya lumayan kurus dengan kacamata di pangkal hidungnya. Tiang infus di kursi roda itu yang menjadi temannya di sana.
"Halo." Sapa Changbin.
Han hanya berkedip kaget melihat Changbin yang menyapa anak kecil di sana, sejak kapan ini cancorang bisa ramah gitu apalagi dengan anak kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Palette [Changlix]
Fiksi Penggemar"You're my color and I'm your masterpiece." Perihal Changbin kepada lukisannya dan belajar menjadi diri sendiri melalui laki-laki yang ia temui bernama Felix. Genre: bxb, slice of life, fluff, comedy, romance, and drama.