Ada yang lucu dari rumah-rumah di Dusun ini, masing-masing dari rumahnya memiliki gudang di halaman belakang. Kalau milik Lino berada di samping, maka milik keluarga Felix di bagian belakang rumah dan itu outdoor.
Om Wira terlihat sibuk memilih kunci, jari jemarinya sesekali memasukkan kunci ke dalam gembok. Mencobanya satu persatu lantaran ia lupa bagaimana wujud kunci itu karena lama tidak berada di rumah untuk membuka gudang.
Cklek.
Suara selanjutnya menjadi penanda bahwa Gudang yang penuh debu itu terbuka, menampakan isi di dalamnya.
Di luar dugaan, kalau Gudang punya gambaran yang ada di film-film horor, milik Om Wira ini malah jauh dari kata Gudang.
Lebih mirip seperti ruang rahasia seperti di film Harry Potter, bedanya semua dindingnya dari kayu tebal dan penuh rak buku.
Wah ini mah bukan Gudang, njir. Ini ruang rahasia, Changbin masih belum percaya.
Wira menyalakan lampu di sana.
Ini gue gak diculik kan, batin Changbin celingak-celinguk menelusuri apa yang ada di hadapannya.
Di sisi kiri ada sofa kulit berukuran minimalis dan meja kayu yang entah kenapa hanya sedikit berdebu, di sayap utara ada kabinet juga sebuah penghangat ruangan.
Pemisah ruang kumpul keluarga dan ruang lain hanya dipisah dari rak besar yang berisi buku-buku klasik, jari Changbin tidak tahan untuk tidak menyentuhnya. Meskipun berdebu, tidak mengurangi essensi buku itu sendiri. Huruf-huruf dan halamannya masih utuh, berbaris rapi membentuk isi dunianya.
Buku Anatomi tubuh, Buku Biologi, Jane Austen, Virgina Wolf, Khalil Gibran dan masih banyak lagi. Rata-rata buku di sana kebanyakan sastra dan ilmu sains. Bahkan bagian bisnis hanya sedikit, letaknya di bagian pojok. Berbeda dengan ruang kerja Ayahnya yang berisi buku-buku bisnis dan manajemen.
Kali ini Om Wira terlihat berdiri di sisi kanan, ada beberapa barang yang ditutup kain.
Changbin mendekat untuk ikut melihat, sebuah kotak besar kali ini dibawa Wira ke ruang tamu kecil tadi.
"Sini, yo." Wira memanggil Leo saat anak itu sibuk memperhatikan beberapa foto di sisi lain ruangan.
"Itu." Changbin menunjuk sebuah foto di kabinet, "Mamanya Felix?"
Sebuah foto dua perempuan, yang satu dengan topi jerami sedangkan yang satu tidak jelas karena rusak seperti tersiram air.
"Iya, betul."
"Oh, iya, saya denger sih dari Christ kalo Felix anak... Tiri.." Changbin berujar takut-takut.
"Betul," Wira menyetujui, tangannya masih sibuk berusaha membuka kotak.
"Ngomong-ngomong, kok Om tau nama Ayah saya?" rasa penasaran itu akhirnya membludak keluar karena tidak mampu dibendung dari tenggorokannya.
"Siapa yang gak kenal bapakmu itu," Wira tertawa kecil mendengar pertanyaan Changbin, ia melirik "Kan saya punya banyak info seputar siapa saja yang di sini."
YOU ARE READING
Palette [Changlix]
Fanfiction"You're my color and I'm your masterpiece." Perihal Changbin kepada lukisannya dan belajar menjadi diri sendiri melalui laki-laki yang ia temui bernama Felix. Genre: bxb, slice of life, fluff, comedy, romance, and drama.