Changbin memperhatikan sekelilingnya, masih di rumah Felix kali ini mereka diajak sarapan bersama selagi Christ belum berangkat, memindai interaksi kakak beradik di depannya.
Christ yang menyusun makanan-makanan di meja, Felix yang bolak-balik dari dapur.
Han sudah menikmati satu hidangan di atas meja, mengunyah lahap.
Changbin masih melamun.
"Kok ngelamun bin?" Tanya Christ yang ternyata daritadi memperhatikan Changbin. Han menyikut lengan Changbin, merasa tidak enak. Kemudian matanya seolah bicara untuk cepat-cepat makan.
"Sorry, nyawa gue belum ngumpul soalnya." Tengkuknya digaruk padahal tidak gatal sama sekali.
Christ gantian menyenggol bahu Felix di sampingnya.
Felix angguk-angguk, "Dimakan ntar nasinya nangis tau."
Han menahan tawa, tangannya tuang air ke gelas nyaris tersedak. Lagian siapa yang percaya sama mitos kaya gitu di usia saat ini?
Felix lah.
"Kayak lo semalem ya?" Ujar Changbin merespon Felix ikut tertawa mendengar perkataan jujur darinya.
"Felix nangis?" Tanya Christ terkejut.
"Hah aku nangis?" Felix ikut penasaran.
"HUHUHU, gitu." Tukas Changbin mengejek.
🎨
"Makasih kak, udah mau direpotin! Makanannya ntar gue kasih ke Lino." Han dadah-dadah kemudian tutup pintu rumah keluarga Bang.
Changbin sudah berdiri di pinggir jalan, kakinya menendang kerikil sambil menunggu Han.
"Lemes banget lo, tifus?"
"Hm."
Melihat Changbin tadi, ia jadi teringat sketsa seseorang yang pernah Changbin gambar kemarin-kemarin. Tentu saja ia mengenali wajah itu.
STAI LEGGENDO
Palette [Changlix]
Fanfiction"You're my color and I'm your masterpiece." Perihal Changbin kepada lukisannya dan belajar menjadi diri sendiri melalui laki-laki yang ia temui bernama Felix. Genre: bxb, slice of life, fluff, comedy, romance, and drama.