34: Ketulusan Salman🦋

15.5K 1.7K 80
                                    

Selamat datang lagi di ANC!

"Bahkan, kamu perempuan pertama yang bukan mahram saya, tetapi dengan berani saya tatap secara langsung."

*Raja Muhammad Salman Al-Fatih 

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Allahumma solli 'alaa muhammad, wa 'alaa aali muhammad

Tiati Baper!


Setelah Aila menceritakan semuanya, keheningan menyapa di antara mereka yang sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Jakarta diguyur hujan malam itu, membuat suhu semakin mendingin dengan luka kering yang kini kembali basah. Aila, perempuan itu berusaha hampir seumur hidup untuk bersembunyi dari luka-lukanya.

Kini, orang mengetahui bagaimana rapuhnya dia, terlukanya dia, menderitanya dia selama ini. Topeng yang di gunakan nya terlampau tebal, hingga orang-orang tidak mengetahui di baliknya ada sosok yang terluka berat.

"Lalu dimana sekarang Rayyan, La?" tanya Anyelir memecahkan keheningan.

"Penjara," jawabnya. "Di jerat hukuman seumur hidup, di penjara atas kasus pembunuhan dan pelecehan. Awalnya hanya 25 tahun, tetapi karena dia mengatakan tidak pernah menyesal melakukan itu, hakim memutuskan hukuman seumur hidup."

Ratu kembali teringat dimana dia menguping pembicaraan Putra dan Aila, mereka membicarakan tentang berkunjung ke penjara, ternyata ayahnya yang di penjara itu?

Aila menatap Salman yang kini juga menatapnya. "Saya berjanji kepada diri saya sendiri untuk tidak menikah seumur hidup, pak."

Deg

Jantung Salman seakan copot mendengar kalimat itu. Bahkan mulutnya ingin bertanya pun kelu, tak bisa mengeluarkan kata-kata lagi.

"Sudah cukup bagi saya melihat bunda di sakiti oleh ayah. Bukan berarti saya menyamakan pak Salman dengan ayah saya, hanya saja saya tidak percaya kepada laki-laki manapun. Lulusan pesantren, paham agama, bahkan baik tutur kata maupun hatinya tidak menjamin bahwa suatu saat dia tidak akan berubah menjadi monster. Ketakutan saya terhadap ayah saya sudah membuat hati saya membeku, dan saya lebih baik tidak menikah daripada harus hidup dalam ketakutan, apa yang terjadi sama bunda, tak ingin terjadi juga terhadap saya."

Aila menunduk, tak kuasa mengatakan itu kepada Salman jika mata mereka saling bertemu, Aila takut dia tidak bisa melawan hatinya.

"Shafiya." Panggilan itu membuat hati Aila terasa porak poranda.

"Untuk saat ini, lihat mata saya." Aila mengangkat wajahnya, menatap mata Salman yang menatapnya dengan begitu lembut.

"Saya tahu, saya tahu kamu takut gagal mendapatkan laki-laki baik dan tidak seperti ayah kamu. Tapi Shafiya, bagi saya kamu perempuan pertama yang membuat hati saya berdebar, kamu perempuan pertama yang membuat saya gelisah, perempuan pertama yang membuat saya tidak bisa berhenti tersenyum."

Aila: Atas Nama Cinta [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang