Selamat datang lagi di ANC!
"Jika memang Aila tidak terbukti berzina, saya pastikan dia tidak akan pernah menikah dengan Salman."
*Sabrina Naila
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
Allahumma solli 'alaa muhammad, wa 'alaa aali muhammad
Part mengandung kekesalan! Siapkan samsak terdekat!!!
Diantara banyaknya orang yang berlalu lalang di koridor rumah sakit, Anyelir dengan cucuran air mata berjalan dengan cepatnya. Mendengar sang putra sulung kecelakaan, raganya seolah tak bertapak pada tanah.
"Umi!" teriak Ratu menyusul ibunya yang berjalan dengan cepat di depan.
Sabrina dan Anjani menyusul dari belakang, sedangkan Putra memarkirkan mobil di basemen rumah sakit.
"Pasien yang baru saja kecelakaan dimana Sus?" Anyelir menghadang salah satu suster, menanyakan keberadaan Salman.
"Di depan ruang operasi tiga Bu. Ibu jalan lurus saja, lalu belok kanan. Di ujung itu ruang operasinya," jawab sang suster.
"Terimakasih Sus." Anyelir segera bergegas ke sana, tubuhnya begitu lelah. Belum lama dia mengetahui bahwa Dihya menghilang, dan sekarang Salman mengalami kecelakaan.
"Resikonya terlalu besar. Jika memang kawat itu bisa kita keluarkan, maka pendarahan di jantungnya akan sulit di hentikan. Pasien bisa meninggal bukan hanya karena rusaknya jantung, tapi karena kehilangan banyak darah."
Dua orang yang Anyelir lihat memakai pakaian dokter itu sedang berdebat. Bahkan suaranya yang begitu lantang itu terdengar sampai jarak 10 meter. Dengan ragu-ragu, Anyelir menghampiri keduanya yang masih beradu pandang sengit.
"Lalu maksud anda kita biarkan kawat itu menancap di jantungnya? Kita biarkan pasien mati perlahan karena infeksi yang di sebabkan kawat itu? Anda spesialis jantung, dan anda pasti tahu bagaimana bahayanya. Jalan satu-satunya adalah mencabut kawat itu, kita bisa mempersiapkan banyak kantung darah untuk kemungkinan terburuk."
"Dan bukan kah tahun lalu anda bisa mengoperasi tumor jantung? Dimana jantung itu dikeluarkan dan anda mengoperasi nya di luar tubuhnya kan? Lalu bedanya apa sekarang?"
Seorang pria dengan jas putih dan wajah lebih tua dibandingkan pria di hadapannya itu, berbicara dengan begitu tegas.
Pria yang menggunakan pakaian yang sama menghela nafas gusar. Dia mengacak rambutnya. "Beda. Karena tahun lalu kita hanya mengangkat tumornya, jika sekarang kita harus memiliki waktu lebih lama. Saraf di jantungnya sudah sangat lemah, dan jika terlalu lama maka dia akan meninggal."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aila: Atas Nama Cinta [TERBIT]
Espiritual[Spiritual | Romance] Bagaimana rasanya di benci seseorang? Menyakitkan bukan? Itulah yang perempuan itu rasakan. Shafiya Aila Humaira yang menyimpan rapat-rapat kisah hidupnya dari orang lain. Setelah lulus SMK, dia menjadi salah satu juru masak d...