55: Berbagi Rasa Sakit🦋

15.6K 1.5K 23
                                    

Selamat datang lagi di ANC!

"Hari ini, dan seterusnya adalah waktunya kamu bahagia, waktunya kamu melupakan semua puing-puing menyedihkan itu."

Dihya Hamza Al-Fatih

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Allahumma solli 'alaa muhammad, wa 'alaa aali muhammad

Allahumma solli 'alaa muhammad, wa 'alaa aali muhammad

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah beberapa hari ini, Dihya selalu pulang malam. Kadang jam 8 malam, namun kadang juga jam 9 malam, seperti hari ini.

"Capek ya? Sini, aku pijitin." Aila menepuk sisi ranjangnya ketika melihat Dihya yang baru selesai membersihkan badan.

Dihya menurut, dia duduk membelakangi istrinya. "Maaf ya Beb, tugas ku bener-bener lagi banyak banget. Aku malah ngerepotin kamu, gak ada waktu buat kamu juga."

"I'ts okay Pangeran, aku ngerti kok. Kamu lagi belajar, dan aku gak mungkin egois biarin kamu berhenti ngejar mimpi kamu demi aku," jawab Aila yang sedang memijit bahu Dihya dengan telaten.

Dihya merasa pegalnya sedikit membaik. Ternyata, istrinya ini memang jago dalam banyak hal. Ternyata, hal-hal kecil seperti ini pun harus disyukuri. Apalagi mendapatkan istri yang dia cintai, juga istri yang mampu membuat lelahnya menghilang kala melihatnya. 

"Udah, sekarang giliran kamu," kata Dihya memegang tangan Aila. MEmbuat pergerakan AIla di punggung laki-laki itu terhenti. 

Dihya membalikan badannya, kini berhadapan dengan Aila. "Sekarang giliran aku yang mijitin kamu."

Aila menggeleng. "Eh, gak usah. Kamu kan lagi capek, masa malah pijitin aku sih." 

"Udah nurut aja, kamu juga pasti lelah ngurus rumah sendirian. Kamu juga kerja kan?" Dihya membalikan tubuh Aila, hingga kini Aila membelakanginya. Dengan telaten Dihya memijit punggung Aila. Mendapat perlakuan itu, Aila tersenyum bahagia. 

"Makasih ya Pangeran. Padahal aku gak ngerjain pekerjaan rumah sendiri loh, kamu tiap pagi bantuin cuci piring, bantu nyapu lantai terus kalau masih ada waktu kamu juga bantuin nyuci baju," kata Aila yang masih menikmati pijatan suaminya. 

Dihya terkekeh. "Kamu bukan asisten aku, bukan pembantu aku, kamu itu istri aku Beb. Semua pekerjaan rumah itu gak mutlak pekerjaan istri, tetapi pekerjaan bersama. Kalaupun ada istri yang dengan sukarela mengerjakan semuanya, dengan bersabar dan tanpa mengeluh, itu akan menjadi bonus pahala tersendiri." 

Aila tersenyum, perempuan itu menyandarkan kepalanya pada dada Dihya, membuat pijatannya berhenti. "Aku tahu sesuatu tentang kamu Pangeran." 

Dihya memeluk tubuh istrinya. "Tahu apa, hm?" 

Aila: Atas Nama Cinta [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang