48: Hubungan Halal🦋

23.2K 1.8K 51
                                    

Selamat datang lagi di ANC!

"Saya tidak bisa menjanjikan kekayaan, saya juga tidak bisa menjamin kehidupan yang mewah."

*Pangeran M Dihya Hamza Al-Fatih

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Allahumma solli 'alaa muhammad, wa 'alaa aali muhammad

Allahumma solli 'alaa muhammad, wa 'alaa aali muhammad

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dihya pulang dengan keadaan sedikit kacau. Raut wajahnya lesu, darah kering yang menempel di tangannya juga rambut yang sedikit panjang itu berantakan.

"Dari mana aja?"

Pertanyaan seseorang yang sukses membuat Dihya mengangkat kepalanya. Terlihatlah Sa'ad yang duduk di teras Ndalem, bersama dengan Eyangnya. Selain kerabat, Sa'ad juga termasuk sahabat baik almarhum Abangnya.

"Dari rumah sakit Eyang," jawab Dihya.

Harun mengangguk. "Kamu sudah menemuinya, gimana keadaan dia? Sudah sadar?"

"Alhamdulillah Eyang, tadi pas Hamza kesana dia sudah siuman."

"Kalau begitu, jangan nunda lagi. Niat baik harus segera dilaksanakan, tidak baik membuat perempuan menunggu terlalu lama." Harun tersenyum ke arah Dihya.

Dihya menatap Harun tak mengerti. "Maksud Eyang, niat baik apa?"

"Menikahi dia. Bukankah kemarin umi mu sudah membicarakannya dengan ibunya dia, mereka membicarakan pernikahan kalian."

Mendengar itu, Dihya masuk ke dalam Ndalem tanpa pamit dulu. Membuat Harun dan Sa'ad terheran.

"Saya tahu ini berat nak, tapi bisakah kamu menggantikan posisi almarhum dulu? Perusahaannya butuh pemimpin. Hamza masih kuliah, begitupun Ratu. Dan tidak mungkin juga Anye yang mengambil alih, anak mbah masih dalam keadaan berduka."

Harun menatap Sa'ad penuh harap. "Kamu juga sahabat baik almarhum, jadi mbah percaya sama kemampuan kamu."

"Baik kiyai, saya akan mencobanya. Tetapi saya tidak bisa lama-lama di posisi itu, karena masih ada yang lebih pantas dari saya." Sa'ad berbicara dengan sopan.

"Tidak nak, kamu juga pantas. Bila nanti Hamza tidak mau meneruskan perusahaan itu, maka kamu akan menjadi pemimpin tetap nya."

Sa'ad mengangguk. "Terimakasih kiyai, sudah memberi saya kesempatan ini. Saya begitu kehilangan dengan kepergian Raja, saya belum sempat menjadi sahabat baik buat almarhum."

Harun menepuk bahu Sa'ad. "Kamu sudah jadi sahabat baiknya."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aila: Atas Nama Cinta [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang