Selamat datang lagi di ANC!
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
Allahumma solli 'alaa muhammad, wa 'alaa aali muhammad
"Sabrina, ini gak mungkin Putri kan?"
Anyelir berjongkok, menatap nisan yang kini bertuliskan nama yang begitu di rindukan oleh anaknya, Dihya Hamza.
Sabrina pun ikut berjongkok, "maaf Anyelir, dia juga menyusul ibunya. Dia begitu mencintai ibunya, hingga kecintaan itu membuatnya sakit dan ternyata dia pun pergi."
Anyelir menatap Sabrina, "kenapa Sab? Kenapa mereka pergi tanpa pamit dulu? Kenapa Saabira malah menyimpan luka besar di hatiku, dan kini Putri. Bagaimana perasaan Dihya mengetahui ini, Sab? Aku gak bisa memastikan seberapa hancurnya Dihya."
Dari kejauhan Ratu melihat ibunya kembali menangis di hadapan makam seseorang. Tatapannya kini bertemu dengan Aila, perempuan itu sudah menangis.
"La," panggil Ratu.
"Maaf kak," ucapnya. "Itu makamnya Putri, anak pertama bunda Saabira."
Ratu terduduk di tanah karena tubuhnya yang begitu lemas. Dia menunduk, merasakan air matanya yang sudah mengalir.
"Enggak La, kalian pasti bohong kan?" tanya Ratu menatap Aila dengan tatapan tak percaya. "La, bilang sama aku kalau itu bukan makamnya Putri."
Aila mendekat, merengkuh tubuh Ratu. "Itu memang makamnya Putri Kak, dia udah pergi kak. Dia udah pergi bersama bunda."
Mendengar itu Ratu menangis, dia memeluk Ratu dengan erat. "Gimana dengan Dihya La? Aku takut La, aku takut dia sakit lagi."
"Saya yakin Dihya akan mengerti Kak.كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Jangan menyalahkan takdir yang telah Allah berikan ya kak, sedih boleh tapi jangan berlarut-larut. Kita doakan sama-sama semoga bunda dan Putri mendapatkan yang terbaik di sisi Allah."
Aila menatap mata Ratu dalam-dalam, menenangkan perempuan di hadapannya. Sebenarnya Aila bukan mengatakan itu untuk Ratu saja, tetapi untuk dirinya sendiri. Seharusnya apa yang dia katakan tadi itulah yang ia pegang erat-erat selama ini. Jangan terlalu larut dalam kesedihan.
"Sekarang kita berdoa sama-sama ya kak, in syaa Allah kita semua akan di pertemukan lagi di tempat yang paling indah. Bukan menurut kita, tapi menurut Allah. Kematian itu ujian untuk orang yang hidup, juga pelajaran baginya. Bahwa hidup, mati itu hanya milik Allah, dan tidak ada yang lebih tahu darinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aila: Atas Nama Cinta [TERBIT]
Spiritüel[Spiritual | Romance] Bagaimana rasanya di benci seseorang? Menyakitkan bukan? Itulah yang perempuan itu rasakan. Shafiya Aila Humaira yang menyimpan rapat-rapat kisah hidupnya dari orang lain. Setelah lulus SMK, dia menjadi salah satu juru masak d...