Author pov
Senja di ufuk barat sebentar lagi akan menghilang ditelan oleh angkuh sang malam, yang telah bersiap untuk segera menggusur keberadaan senja yang menjingga. Jingga yang terhalang oleh lalu lalang manusia yang ingin segera kembali pulang dari lelah yang menghajar tubuh mereka, setelah seharian bekerja mencari nafkah untuk masing-masing keluarga mereka di rumah. Juga riuh rendah suara bising dari kendaraan yang sebagian telah memenuhi beberapa jalanan kota Wroclaw.
Di antara manusia-manusia itu, terlihat juga sosok mungil dengan setelan t-shirt putih dan celana panjang berbahan jeans warna hitam tengah berlari dari kejauhan sembari menyoren tas ransel di punggungnya, berlari kecil bergegas menuju pelataran tempat dia memarkirkan si biru, sepeda angin kesayangannya.
"Sial, aku terlambat pulang lagi" gumamnya gusar.
Semenjak bisnis properti ayah angkatnya mengalami pailit empat tahun yang lalu, yang disusul lima bulan kemudian sang ayah juga pergi meninggalkannya hanya berdua dengan sang ibu di dunia ini, oleh karena kecelakaan mobil yang menimpa kedua orang tuanya.
Beruntung saat itu nyawa sang ibu masih bisa diselamatkan, meski pada akhirnya sang ibu mengalami kelumpuhan total di kedua kakinya juga kebutaan permanen pada mata sebelah kiri.
Yang kemudian dengan sangat terpaksa, juga atas desakan sang ibu. Dia menjual satu-satunya rumah peninggalan sang ayah untuk biaya pengobatan ibunya, juga membelikan sebuah kursi roda yang nyaman untuk ibu yang sudah dia sayangi selayak ibu kandungnya sendiri.
Dia juga kemudian memutuskan untuk berhenti sekolah, padahal saat itu hanya tersisa kurang dari delapan bulan menuju kelulusan. Lalu beralih menjadi tulang punggung bagi keluarganya, yang menggantikan posisi Carlo Xaverius, sang ayah angkat. Meski satu-satunya yang tersisa dari keluarganya sekarang hanyalah ibu angkatnya, Jolanda Xaverius.
Pekerjaan apapun akan dengan iklhlas dia
kerjakan demi sang ibu juga biaya hidup mereka, karena dia begitu mencintai ibunya serta tak ingin kehilangan sosok ibu untuk kedua kalinya. Sosok yang tak pernah dia kenal sebelum memiliki ibu angkat tercintanya itu.Dengan tergesa dia mengayuh pedal-pedal si biru, dia ingin segera sampai di rumah karena sang ibu pasti sudah menunggu dengan cemas. Dia sungguh tidak ingin membuat ibunya mengkhawatirkan keadaannya, pasca trauma karena kehilangan suami yang sangat ibunya cintai.
"Aku pulang" setengah berteriak sembari menutup pintu rumah di belakangnya, kemudian mencari keberadaan sang ibu di seluruh sudut hunian kecil yang mereka sewa selama beberapa tahun ini.
Setelah menemukan sosok yang dicarinya, sosok pemuda mungil itu segera memeluk sang ibu yang tengah duduk menyisir rambut panjangnya di depan cermin, serta mencium pipi kiri dan kanan sosok wanita kesayangannya.
"Maaf, aku terlambat pulang lagi"
Wanita yang masih terlihat cantik dengan usia yang sudah tak bisa di bilang muda juga keterbatasan yang dia miliki saat ini, hanya menarik kedua ujung bibirnya hangat sembari mengecup lembut kening sang putra. Wanita itu sungguh berterima kasih pada Bapa yang telah berbaik hati membawa anak itu dalam pelukan dan pangkuannya juga sang suami. Putra yang sangat ingin dia miliki, meski putra itu bukan dari rahim miliknya sendiri.
"Mama masak apa hari ini?"
"Lihat di meja makan, sayang"
Sang pemuda segera mendorong kursi roda ibunya itu menuju dapur sekaligus ruang makan di rumah itu.
*****
Hershel pov
Setelah membersihkan sisa makan malam dan mengantar ibuku ke kamarnya, aku mendengar suara pintu depan tengah di ketuk oleh seseorang. Dengan bergegas aku melangkah ke depan untuk melihat siapa gerangan yang datang malam-malam begini.
KAMU SEDANG MEMBACA
To Be Or Not To Be
FantasyPerjalanan mencari jati diri dari enam ksatria bulan yang di hapus ingatannya dan buang oleh dewi bulan ke bumi menjadi enam manusia biasa, karena kemarahan sang dewi atas kesalahan yang tidak mereka mengerti dari titah sang dewi. Mereka harus menca...