Happiness

16 5 0
                                    

"Dengan ini, aku menganugerahkan gelar Patres Patriae kepada Kharon atau Baldric Salazar, dia dan juga seluruh keluarganya memiliki hak untuk di perlakukan serta di hormati oleh seluruh warga Olympus juga langit"

Semua dewa serta dewi yang berada dalam aula utama istana Olympus menundukkan kepala mereka, termasuk Baldric serta istri dan ke enam putranya. Semua berbahagia setelah Kronos dan pengikutnya kembali di penjarakan di Tartaros, kecuali Theia serta Hiperion yang meski Zeus tak menghukum keduanya, namun mereka telah lebih dulu meminta untuk ikut hidup di sana setelah penobatan Baldric sebagai Patres Patriae, atas dalih mereka bertanggung jawab dari semua yang terjadi.

"Sebagai dewa tertinggi, aku memutuskan untuk menghukum seluruh pemberontak untuk tinggal selamanya dalam Tartaros, kecuali Hiperion dan Theia yang tetap di beri ijin untuk menghadiri setiap kali ada perjamuan di dalam keluarganya sendiri. Sebagai pertimbangan, saat mereka pada akhirnya memilih membantu kita"

"Untuk Hades, Poseidon dan Helios, ketiga dewa itu di hukum untuk tetap tinggal di istana mereka sendiri, mereka tidak akan bisa keluar dari sana kecuali atas seijinku selamanya. Dan setiap satu bulan mereka harus melaporkan semua kegiatan padaku. Sebagai pertimbangan jika tidak ada dari seluruh penghuni Olympus, yang mampu menggantikan tugas mereka"

Keputusan hukuman yang dibacakan oleh sang dewa, satu minggu sebelum upacara penobatan di laksanakan di tempat yang sama, dalam senyuman kelegaan seluruh penghuni Olympus yang memang sangat senang karena semuanya berakhir dalam kebahagiaan.

*****

"Ternyata Salazar itu nama belakang ayah, waktu masih tinggal di bumi jadi manusia"

"Kenapa memangnya?"

"Kenapa ibu dan ayah nggak pernah bilang soal itu sama kami?"

"Untuk apa? Masa sih nggak ngerti arti dari nama belakang kalian?"

"Ibu yang memberi kami nama?"

"Siapa lagi memangnya?"

Hangat cahaya sore di taman bulan makin menambah kebahagiaan keluarga kecil itu, sebuah keluarga kecil yang saat ini sedang menikmati indah hari-hari mereka. Dengan sang ibu terus bersandar pada dada bidang kekasih hatinya.

"Kalau lihat ayah sama ibu seperti ini, kita jadi pengen nikah"

"Dasar ayam, nikah mulu otaknya"

"Wajar, elah. Memang Kak Sheya mau jadi jomblo? Kasihan Kak Faye di anggurin"

"Faye? Kenapa memangnya gadis itu?"

Sheya sudah lebih dulu bergerak menutup mulut adiknya, sebelum adiknya kembali membicarakan perasaannya pada ibu dan ayah mereka. Dia sudah cukup malu waktu itu di depan gadis pujaan hatinya. Jadi, dia enggan untuk malu lagi di depan orang tua mereka.

"Ayah, ibu. Kami datang untuk memenuhi perintah dari kalian"

"Ibu, aku juga di sini. Ada apa sebenarnya? Kenapa kami di panggil ke sini?"

"Kemarilah, nak. Duduklah bersama kami"

Meski Geo dan kakak beradik Guiza berada di dalam ketidakmengertian, mereka tetap harus menuruti perintah kedua orang tua mereka, dengan duduk di masing-masing celah kosong tempat putra Sang Luna saat ini sedang duduk serta bersiap mendengar titah keduanya.

"Kalian pergilah menuju hutan Bialowieza, kalian bisa memilih salah satu putri Tuan Olavo menjadi pasangan kalian. Pergilah, setelah ini. Mereka menunggu kalian"

"Ibu, aku masih belum ingin menikah"

"Geo, mau sampai kapan? Apa kau masih menolak sadar usiamu sekarang berapa? Setidaknya lihat dulu mereka. Kalau kau memang tak menemukan kecocokan dari salah satu gadis itu, kau boleh menolak"

To Be Or Not To BeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang