Keputusan Sulit

24 7 0
                                    

"Hamba datang untuk mengembalikan apa yang sudah menjadi milikmu dewa. Hamba bersedia untuk di hukum. Apapun itu. Tapi ijinkan hamba berpamitan pada keluarga hamba lebih dulu. Istri dan juga anak-anak hamba"

"Mohon beri hamba waktu satu bulan agar mereka tidak bersedih dengan keputusan yang telah hamba buat. Setelah itu, hamba akan datang untuk di hukum. Hamba akan menerima apapun bentuk hukuman itu"

Atas ijin serta janji dari sang terkasih, dia datang dan berlutut di hadapan sang dewa agung untuk meminta sang dewa memberi dirinya kesempatan berbahagia sebentar, sebelum menyerahkan roh miliknya untuk di adili dan di hukum oleh sang dewa. Dia juga memberikan kantong kain yang berisi setengah roh Eidothea pada Zeus.

"Josiah, putra sulung hamba juga berada di sini. Dia menjadi saksi pernyataan hamba. Karena dia yang akan bertanggung jawab, jika nanti hamba mengingkari pernyataan hamba sendiri. Dia yang membawa hamba kesini nanti setelah satu bulan"

"Ayah, apa yang kau katakan?"

Josiah sangat terkejut karena kalimat sang ayah, karena dia memang di tugaskan sang ibu mengantar ayahnya untuk menghadap pada sang dewa agung. Sang ibu yang baru dua hari menjadi pengantin ayah mereka. Tapi bukan. Itu bukan rencana yang telah dia susun rapi bersama lima adiknya.

Sedang sang ayah yang mengerti putranya tidak akan pernah mengingkari janjinya. Maka dia sangat yakin putranya yang nanti membawanya pada Zeus. Karena dia sudah ihklas, pada yang menjadi keputusan Zeus untuk hukumannya. Dia menerimanya.

"Jo, ayah harus bertanggung jawab dengan semua kesalahan dan dosa Igor"

"Tapi ayah...?"

"Jo. Kau sudah melihat ribuan nyawa tidak berdosa yang menjadi korban keserakahan Igor, kau juga melihat banyak kekacauan yang dulu pernah Igor perbuat. Jadi, ayah mohon sama kamu. Ijinkan ayah menebus semua dosa Igor, nak"

"Baiklah, aku menerima permintaanmu"

Zeus yang memang telah mengerti dengan kalimat Hera beberapa hari lalu, dia sudah memutuskan untuk memberi kesempatan itu pada pria yang selalu dia kenal dengan nama Kharon, agar sedikit berbahagia.

Setelah dia menerima semua kekuatannya kembali dari Kharon beserta petirnya, juga tubuh dua kakaknya yang masih membeku di depannya serta senjata mereka berdua. Karena dia bisa melihat ketulusan di mata pria yang telah terluka itu, di sela kerutan kekecewaan serta kesedihan yang terlihat jelas pada wajah tampan putra Selene.

*****

"Nak, berjanjilah untuk tidak mengatakan apapun pada ibu dan adik-adikmu. Apa kau bisa?"

"Ayah, bagaimana caranya? Selama ini Jo tidak pernah menutupi apapun"

"Kau hanya perlu mengingat permintaan ayah, sayang"

"Tapi kenapa ayah tidak bicara saja, bahwa Hades, Poseidon dan Helios yang harusnya bertanggung jawab untuk yang terjadi ini? Mereka yang membuat ayah menjadi iblis"

"Dan kesalahan ayah adalah menerimanya, nak. Andai ayah tidak di butakan dendam. Maka semua ini tidak perlu terjadi. Tolong maafkan ayah, sayang"

"Ayah, tolong jangan meminta maaf lagi. Jo sudah mengerti, ayah melakukannya demi cinta kalian. Dan Jo sudah sangat bahagia, karena ayah sangat mencintai ibu"

"Sangat, nak. Ayah sangat mencintai kalian semua"

Putra tertua yang sudah tidak bisa lagi, jika harus terus menahan kesedihan di hatinya. Dengan menyandarkan kepalanya di bahu sang ayah, pria yang tidak lebih tinggi dari dirinya, demi sedikit menenangkan detak jantungnya sendiri.

Dia yang sudah menangis dalam diamnya, berusaha sebisa mungkin menahan bening yang telah menggenang di sudut matanya, berusaha sekuat tenaga agar tidak terjatuh selama mereka dalam perjalanan kembali menuju bulan menggunakan kereta milik sang ibu. Sedang saat ini sang ayah sudah merengkuh bahu putranya, karena dia kini mampu memahami kesedihan putranya itu.

To Be Or Not To BeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang