"Aku pulaaaaaang" pemuda tampan yang memiliki mata bulan sabit itu berteriak sekencang mungkin setelah masuk ke dalam apartemen miliknya juga Khazani adiknya. Dengan tujuan agar sang adik mendengar teriakannya, juga agar adik kesayangannya itu mengomel memarahi dirinya.
Kebiasaan yang memang selalu dengan sengaja dia lakukan juga tingkah nyeleneh yang lainnya agar mendapat dampratan dari adik tercintanya. Seorang adik yang tetap akan selalu dianggap sebagai anak kecil olehnya, bahkan sampai kapanpun atau sampai mereka menua nantinya.
Dia memang senang mengganggu adiknya itu, dia sangat suka melihat bibir tipis adiknya yang bergerak ke kiri dan kanan setiap kali mengomel melihat tingkah absurdnya. Juga pelototan mata sang adik yang baginya sangat lucu.
Hanya saja setelah melongokkan kepalanya kesana kemari, tak juga di dapatinya sang adik di manapun di seluruh sudut apartemen milik mereka. Yang membuatnya dalam sedetik mengambil ponsel pintar miliknya dan segera menelpon adiknya itu.
"Kamu dimana, Kha?"
"Belanja di minimarket, persediaan makanan di rumah hampir habis, tapi sebentar lagi pulang kuk. Kak Vio mau makan apa nanti?" suara di seberang membuatnya sedikit lega atas keberadaan sang adik.
"Bikin spagethi aja, biar nggak ribet"
"Nice choice handsome. I'll be back soon"
Pemuda itu hanya tersenyum saat mendengar kalimat terakhir sang adik di seberang sana. Kebanggaan tercetak jelas dihatinya saat menyadari bahasa Inggris adiknya itu, mengalami banyak kemajuan. Merasa tak sia-sia memasukkan adiknya di tempat kursus bahasa Inggris terbaik di kota Gliwice. Kota kecil, dimana kediaman keluarga Aamauri berada. Keluarga angkat mereka.
Kota dimana mereka tinggal dan sampai saat ini tetap dihuni oleh Sergio dan Issabelle Aamauri, ayah dan ibu angkat mereka. Sebelum mereka kembali di kota Wroclaw bersama Refanka dan Lyndon yang memilih membeli apartemen dari hasil penjualan aset milik ayah dan ibunya, sedangkan mereka berdua dari hasil merayu sang ibu yang akan selalu menuruti keinginan kedua putranya.
Mereka sengaja mengikuti Hershel yang mereka ketahui telah kembali di Wroclaw demi mencari nafkah untuk ibunya. Setelah sebelumnya keluarga Xaverius membawa anak itu tinggal bersama mereka di Krakow.
Hanya saja sebelum pemuda itu sempat menyimpan ponselnya di tempat yang seharusnya. Ponsel miliknya berdering menampilkan nama Shawn di layarnya.
Shawn, adiknya yang lain. Adik yang telah ditemui dan dipeluknya erat, setelah perjalanan singkatnya bersama Khazani menuju kediaman keluarga Hartanto, atas informasi tentang anak itu dari kakak beradik Archard.
Perjalanan yang saat itu mereka tempuh hanya sekitar setengah jam menggunakan motor. Juga setelah adiknya itu berbuat nekat mendatangi kediaman keluarga Hartanto hanya sendirian, yang berada di Katowice menggunakan kereta api. Yang kemudian dari Shawn pulalah, pemuda yang bernama Salvio serta saudaranya yang lain, mendapat informasi tentang keadaan juga keberadaan Hershel.
Setelah sang adik melihat lukisan masa kecil mereka berlima yang di pajang di dinding kamar sekaligus studio lukis milik Refanka. Sebuah lukisan yang tercipta dari ingatan tentang masa lalu mereka semua, lukisan wajah lima anak laki-laki yang terlihat sangat mirip dengan aslinya serta di beri nama di bawah masing-masing wajah itu.
Shawn, yang juga ikut kembali di Wroclaw atas desakan Refanka, agar merayu kedua orang tuanya. Membujuk mereka untuk mengikuti kemauannya yang ingin bekerja, menggantikan sang ayah mencari nafkah. Dan meminta sang ayah beristirahat dan menemani ibunya yang sudah terlihat lelah, dengan menyewa rumah kecil untuk tinggal mereka semua di Wroclaw.
Padahal yang sebenar-benarnya dia kerjakan hanya mengikuti Refanka, kemanapun kakaknya itu pergi. Mungkin juga bisa di bilang menjadi asisten pribadi Refanka, karena memang sang kakak selalu memberinya uang saku yang tidak boleh ditolak oleh adiknya serta dialah yang membayar biaya sewa rumah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
To Be Or Not To Be
FantasyPerjalanan mencari jati diri dari enam ksatria bulan yang di hapus ingatannya dan buang oleh dewi bulan ke bumi menjadi enam manusia biasa, karena kemarahan sang dewi atas kesalahan yang tidak mereka mengerti dari titah sang dewi. Mereka harus menca...