Refanka pov
Saat ini hanya ada aku berdua bersama dengan Salvio, duduk di atas ranjang miliknya di kediaman besar keluarga Aamauri di Gliwice. Aku sengaja membawanya kesini dan memilih kamar pribadinya, agar tidak ada yang mengetahui apa yang kami bicarakan.
Di ranjang empuk klasik double bed, dengan tiang kayu berukiran bulan sabit di tengah bintang pada ke empat sisinya. Aku yang dulu tidak tahu mengapa Salvio begitu tertarik dengan hal-hal yang berbau klasik, sekarang aku bisa sedikit mengerti alasannya.
Dua kaleng espresso dan beberapa makanan ringan di atas meja kamar ini, menjadi teman kami selama membicarakan tentang kartu yang saat ini tengah Salvio mainkan.
Setelah beberapa jam lalu aku diam-diam menarik tangannya, membawa dia menyelinap keluar apartemen ketika keluargaku tengah berkumpul di apartemen keluarga Shawn, sedangkan Lyndon tengah kebagian jatah membawa semua baju kotor ke tempat laundry umum di kota kami. Karena memang semua tugas di rumah, kami lakukan secara bergantian kecuali memasak tentunya.
"Apa semalam kau tidak bermimpi sesuatu?" aku mencoba bertanya padanya.
"Tidak. Kenapa?"
"Aku bingung. Kenapa hanya aku yang mengalaminya?" sungutku.
"Jelaskan pelan-pelan" pintanya.
"Tadi ketika bangun pagi, aku bercerita pada Hershel tentang mimpiku. Aku kira kita bermimpi hal yang sama lagi. Tapi ternyata dia tidak"
"Kemudian aku bertanya pada Shawn, Khaza dan Lydo, hanya untuk memastikan kebenaran, tapi ternyata mereka juga tidak mengalaminya. Dan sekarang kamu juga tidak"
"Ini aneh. Kenapa hanya aku yang mendapatkan mimpi ini?"
"Memangnya kamu mimpi apa, Ka?"
"Aku melihat sebuah rumah klasik, seperti istana tapi tidak terlalu besar. Di pintu gerbang rumah itu, ada dua penjaga sedang berdiri di sisi kiri dan kanannya, keduanya menggunakan setelan prajurit seperti setelan yang ada di film berlatar jaman dulu. Mereka membawa pedang dan juga tameng di dada mereka"
"Saat itu kita berenam berada di ujung jalan menuju rumah itu. Dan karena tidak ada jalan lain, kita semua terpaksa masuk melalui pintu gerbangnya meski kita tidak tahu apa yang ada di balik pintu itu"
"Lalu?"
"Sebentar, sebentar" aku tiba-tiba teringat akan sesuatu.
"Apa?"
"Ini" aku menunjuk pada tiang kayu berukir bulan sabit di tengah sebuah bintang besar di ranjang milik Salvio.
"Ini kenapa?"
"Aku melihat gambar ukiran ini, di tengah-tengah kedua pintu gerbang rumah itu. Jadi ketika kita membuka pintunya, maka ukiran bulan ini akan terbelah menjadi dua bagian dan aku melihat ukiran itu bersinar dengan sangat indah"
"Ukiran bulan ini?"
"Ya, aku tidak salah lihat" tegasku pasti.
"Lalu?"
"Ketika kita masuk melalui pintu gerbang itu, terlihat istana yang sangat indah juga megah, tidak seperti saat kita melihatnya dari arah luar. Dan kenyataan bahwa kedua penjaga di luar menundukkan kepala mereka ketika melihat kita, semakin membuatku bertanya-tanya siapa jati diri kita yang sebenarnya?"
"Namun ketika kita masuk melalui pintu utama istana, ternyata tidak ada satu orangpun yang berada di dalamnya. Tidak ada ratu dan rajanya, atau juga sekedar pelayan yang berlalu lalang mengurus semua hal selayaknya sebuah istana"
"Satu hal yang sudah membuatku kehabisan kata adalah, ketika ada empat jalan yang mengarah ke empat arah mata angin di dalam istana itu. Seperti sebuah labirin, yang kita berenam ada di tengah-tengahnya"
KAMU SEDANG MEMBACA
To Be Or Not To Be
FantasyPerjalanan mencari jati diri dari enam ksatria bulan yang di hapus ingatannya dan buang oleh dewi bulan ke bumi menjadi enam manusia biasa, karena kemarahan sang dewi atas kesalahan yang tidak mereka mengerti dari titah sang dewi. Mereka harus menca...